Judgmental, bisa didasari karena latar belakang sosial, ekonomi atau politik. Semangat penghakiman atas sebuah isu atau penghakiman terhadap seseorang karena didasari sentimen tertentu. Kita tidak lagi awas bagaimana memahami sebab-sebab atau kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa menyertainya.
Kesenjangan metakoginisi kita sudah sedemikian dalam karena sentimen tersebut sehingga sulit menjadi objektif. Akibatnya  ketika beredar berita-berita yang sepenuhnya merupakan penggalan-penggalan berita, atau informasi yang tidak lengkap tapi dijadikan sandaran dalam menilai sesuatu.Â
Bahkan meme sekalipun, seolah valid dijadikan rujukan untuk pembenaran pendapat kita. Video yang dipenggal-dipenggal sedemikian rupa, seperti sahih menjadi penyambung logika kita yang sebenarnya juga sudah terpenggal itu.
Demikianlah Dunning-Kruger effect, hari-hari ini seringkali hadir, marak di dunia sosial media Indonesia. Tidak saja diungkapkan oleh masyarakat awam, tetapi oleh mereka yang juga kita anggap sebagai orang dengan latar belakang kelas sosial yang tinggi.Â
Pola ini seperti sudah menjadi kanker di masyarakat kita. Banjir informasi tidak disertai oleh kemampuan mengenali diri sendiri. Kita malas memahamai kapasitas diri kita sendiri. Sehingga yang muncul hari-hari ini, adalah noise-noise yang bertebaran di dunia maya, di media televisi atau juga media cetak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H