Mohon tunggu...
Rudi Kurniawan
Rudi Kurniawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Warga biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aylan Kurdi dan Potret Pengungsi Perang Sipil Syria

4 September 2015   20:19 Diperbarui: 4 September 2015   20:53 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka tidak heran sebagian besar pengungsi syria yang sudah mendaftarkan diri untuk pergi ke Eropa,menjadikan Jerman sebagai target akhir persinggahan mereka. Akan tetapi setelah dua tahun, nampaknya Jerman sudah mulai kewalahan yang belakangan kemudian menarik jauh lebih banyak perhatian pengungsi lainnya.  Seperti tercatat di UNHCR, bahwa pengungsi syria yang terdaftar untuk masuk ke Eropa sebesar 350 ribu orang lebih.

Karena proses aplikasi ini begitu membludak dan membutuhkan proses yang cukup memakan waktu, membuat sebagian pengungsi memaksa masuk ke negara-negara eropa dengan cara apapun. Inilah yang kemudian membuat beberapa negara Eropa menjadi kewalahan. Hungaria yang menjadi salah satu pintu masuk para pengungsi ini pun mulai meradang. Perdana Mentri Hungaria Victor Orban, mengatakan,”kami orang-orang Hungaria cemas, seluruh eropa juga cemas karena melihat pimpinan Uni Eropa, diantaranya perdana mentri, tidak mampu mengontrol situasi”.  Orban juga menambahkan dihadapan presiden Uni Eropa pada Kamis lalu 3 September, bahwa krisis pengungsi bukan masalah uni Eropa, tetapi ini adalah masalah Jerman. “Tidak satu orang pun pengungsi yang menginginkan tinggal di Hungaria, mereka semua ingin ke Jerman”

Gelombang pengungsi yang tidak mampu ditahan pihak Eropa rupanya juga mempengaruhi suasana hubungan antar negara demikian keras. Sehingga Perdana Mentri Hungaria memutuskan dalam waktu seminggu ini akan membangun pagar setinggi 3.5 meter di perbatasan mereka dengan serbia untuk menahan laju masuk para pengungsi ke Hungaria.

Bagaimana dampak selanjutnya dari para pengungsi Syria khususnya dan banyak negara konflik lainnya? Bila keadaan penanganan pengungsi terutama bantuan dana untuk meredam arus pengungsi keluar dari kamp pengungsian yang ada di Turkey, Lebanon, Jordania, Irak dan Mesir tidak ditangani, maka tentu saja persoalan ini akan merambah jauh lebih luas keluar kawasan. Artinya cerita Aylan dan korban-korban lainnya, akan terus bertambah.

Agar peristiwa tragis tidak terulang, tidak ada jalan lain bahwa semua negara selayaknya turut berkontribusi membenahi akar persoalan pengungsi ini. Konflik harus dihentikan segera, tidak saja di Syria, irak, tapi juga di semua kawasan konflik baik di Asia maupun Afrika. Kemudian bantuan dana yang direncanakan oleh semua organisasi baik yang berada di bawah naungan PBB maupun NGO lainnya harus direalisasikan. Organisasi inilah yang akan secara langsung mendukung negara-negara penampung pengungsi, agar negara yang ditumpangi ini juga merasa aman dari kerawanan sosial dan politik akibat serbuan pengungsi di wilayah mereka. Sementara negara-negara Eropa, Amerika bahkan Asia juga harus membuka diri untuk berbagi menampung sebagian pengungsi tersebut. Komitmen yang sudah dibuat oleh negara-negara Eropa seperti german, swedia dan lainnya selayaknya diikuti pula oleh negara lainnya. Realisasi administrasi bagi aplikasi pengungsi akan lebih cepat jika dukungan dan komitmen negara penampung lebih banyak.

Ada baiknya melihat pengungsi sebagai nilai tambah bagi negara penerima untuk mengisi pos-pos tenaga kerja yang kosong di negara mereka. Ingat tidak semua pengungsi tidak memiliki keahlian. Mereka umumnya juga berasal dari latar belakang berpendidikan dengan kemampuan skill yang cukup memadai untuk dimanfaatkan. Mungkin adakalanya Indonesia memikirkan pula untuk menampung para pengungsi yang mempunya kemampuan, bukankah kita saja mau menampung ribuan pekerja rendah maupun skilled China di proyek-proyek listrik kita? Walaupun tidak banyak, berapapun jumlahnya setidaknya kita sudah memberikan harapan dan kebaikan pada kemanusiaan tanpa memandang ras.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun