Dunia aktivis pergerakan pasti sudah paham sosok Rizal Ramli (RR), Alumni Mahasiswa Jurusan Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB) yang energik dan agresif bicara anti Neoliberalisme, selalu menjadi garda terdepan menolak sistem status quo dan otoriterianisme Negara.
Perlu di ingat lagi oleh Wapres Jusuf Kalla dan Menteri ESDM Sudirman Said, bahwa RR sejak mahasiswa sudah menjadi salah satu pentolan aktivis Mahasiswa yang ide dan gerakannya selalu menjadi referensi bagi aktivis-aktivis gerakan mahasiswa lainnya pada masa itu.
Di tahun 1976, RR beserta kawan-kawan ITB lainnya mulai membuat gerakan politik besar yang diberi nama “Gerakan Anti Kebodohan” (GAK).
GAK di dasari atas tingginya jumlah anak yang tidak sekolah waktu itu, yakni sekitar 8 juta anak, konsep gerakannya sangat mendasar yakni pengentasan kemiskinan dan kebodohan, dimana tuntutannya direalisasikannya anggaran pendidikan dan wajib belajar 6 tahun.
Kemudian dari GAK itulah, sekaligus menjadi ajang konsolidasi gerakan mahasiswa berlanjut, Di era 77-78, RR sebagai Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) ITB waktu itu beserta tiga kawannya, menerbitkan buku putih yang isinya kritik terhadap sistem otoriterianisme orde baru dan kritik atas jalan ekonomi pembangunan Orde Baru.
Konsep perjuangan mahasiswa dalam buku putih tersebut isinya tentang pembangunan Indonesia yang menolak ide-ide dan penerapan kebijakan yang di bawa Widjojo Nitisastro cs (Mafia Berkeley), karena memakai konsep ekonomi neoliberal dan menolak otoriteranisme Orde baru, karena peran tentara justru hanya sebagai alat kekuasaan Suharto, sehingga waktu itu dia bersama rekan-rekannya sudah menolak kepemimpinan nasional di tangan Suharto (Tidak Mempercayai dan Tidak Menginginkan Soeharto Kembali Sebagai Presiden Republik Indonesia!).
Beberapa tokoh aktivis yang terlibat dalam pembuatan buku putih yang di motori Rizal Ramli itu akhirnya di pecat dari kemahasiswaan dan ditangkap lalu di tahan selama tiga bulan di markas TNI AD Batalyon 202 Tajimalela Bekasi, atau yang kemudian terkenal dengan sebutan Kampus Kuning, dan kemudian di Lapas Sukamiskin selama satu tahun, sementara kampus ITB diduduki hampir tiga bulan oleh tentara.
[caption caption="www.rizalramli.org"]
[/caption]Dari catatan sejarah penting gerakan mahasiswa diatas, jadi sangat jelas bahwa sejak mahasiswa RR sudah bersuara keras anti Neoliberalisme dan menolak kekuasaan otoriter dan korup.
Sekedar mengingatkan saja untuk Kuntoro dkk, bahwa menurut RR dan publik, Neoliberalisme tidak beda dengan Neokolonilaisme, atau penjajahan gaya baru. Aksi menolak kebijakan Neoliberalisme itu di tunjukkan RR sampai hari ini, dia sangat konsisten akan ide dan gagasannya merubah jalan pembangunan ekonomi Republik ini dari jalan Neoliberalisme sejak 1967 ke arah jalan Konstitusi (Ekonomi Konstitusi).
Jadi jika melihat sepak terjang RR hari ini yang begitu keras membuat kegaduhan positif di pemerintahan Jokowi tentu tidak perlu kaget dan tidak ujug-ujug, bahwa apa yang dilakukan RR itu tidak pernah bergeser sedikitpun dari semata-mata memperjuangan jalan konstitusi bagi negeri ini, sebuah jalan Konstitusi Kerakyatan sebagai basis mewujudkan cita-cita Tri Sakti dan Nawacita.
Jadi jangan harap situasi Kabinet akan adem ayem tanpa dinamika gaduh putih/positif ala RR itu selama Jalan Neoliberal masih dipakai dan penguasa korup masih merajalela.
Sementara bagi kami sebagai rakyat, tentunya sangat berterima kasih kepada RR, Karena kita tahu bahwa RR adalah salah satu ekonom langka, inspiratif, pejabat bersih dan energik di Republik ini yang konsisten dengan karakter petarung dan tidak akan kompromis ataupun bersekutu dengan aktor-aktor korup dan berpaham Neolib.
RR adalah aktivis pergerakan lama yang paham betul pemangku-pemangku kekuasaan hari ini, apa maunya? Apa maksudnya? bagaimana nalarnya?, Dan Bagaimana perilakunya?..
Sementara terkait Gaduh Putih ala RR seperti kegaduhan soal blok Masela dan Freeport, substansinya sudah sangat jelas, kedua isu besar tersebut menjadi cermin pilihan kebijakan Kerakyatan versus Neoliberal.
Hal ini agak berbeda dengan sikap kritis RR soal proyek listrik 35.000 mw dan Rencana pembelian Air Bus Garuda, kami membaca kedua proyek tersebut di sinyalir berpotensi besar terjadinya KKN jika proyek itu terus dipaksakan dengan target rencananya, selain ancaman kebangkrutan dan swastanisasi, maka wajar rencana itu turut serta di kepret RR.
Jadi untuk sebagian politisi dan segelintir elit pejabat negeri ini yang selama ini menggoreng-goreng isu soal gaduh RR, sebaiknya segera paham dan sadar, bahwa sikap kritis RR terkait berbagai proyek yang dikepretnya itu tidak lebih demi perbaikan kondisi bangsa dan rakyat negeri ini agar segera terwujud perubahan kearah yang lebih baik.
Jadi sangat lucu dan sinis ketika ada beberapa elit pejabat dan politisi yang menilai RR itu hanya biang gaduh atau biang kisruh atas manuvernya itu, bahkan ada yang lucu jika menebak-nebak aksi RR itu hanya mencari panggung dan pencitraan saja, tanpa melihat substansi apa yang RR gaduhkan.
Jika kita mau fair dan jujur sebenarnya RR sedang berjuang untuk bangsa dan rakyatnya melalui kewenangan yang di percayakan presiden Jokowi hari ini, RR berkerja keras dan cepat agar Republik ini segera membaik dan ada perubahan, khususnya di mulai dari tata kelola Sumber Daya Alam dan Energi kita yang sudah sangat ribet dan liberal ini.
Jadi sudah sangat jelas, apa yang di persoalkan Wapres Jusuf Kalla kemaren di media terkait kritik kerasnya soal nama Kemenko Kemaritiman yang di belakangnya ada tambahan Sumber Daya, jelas sangat tidak produktif dan substantif, kalau tidak mau dikatakan hanya akal-akalan JK ataupun cara JK menciptakan isu saja.
Wapres JK harus ingat bahwa dalam posisi Wapres itu sebenarnya tidak punya kewenangan untuk berbuat apapun dalam struktur birokrasi pemerintahan kecuali ada intruksi atau keputusan dari Presiden, apalagi ternyata JK selama ini saya menduga belum pernah di buatkan Kepres oleh Presiden Jokowi terkait tugas dan kewenangan pembantu Presiden itu, jadi sampai hari ini sebaiknya JK hanya duduk-duduk saja dulu, minum susu, minum obat, menikmati gaji buta dan nunggu pagi sore waktu jam pulang kantor, tanpa harus mengeluarkan sesuatu yang tanpa petunjuk atau keputusan Presiden. atau jika merasa jenuh kok begitu-begitu doang, ya mundur saja. istirahatlah dirumah.
Sementara terkait sindiran Sudirman Said yang jelas-jelas di tujukan ke menko kemaritiman Rizal Ramli yang mengatakan "Tidak usah berpolemik. Yang pura-pura berjuang untuk rakyat, yang menipu, yang suka mengklaim paling tahu, yang mau coba mengganti investor Masela berhentilah membohongi rakyat. Karena suatu saat akan terbongkar niat busukmu,"
Jelas sindiran itu fitnah kasar dan bentuk pembangkangan Sudirman Said kepada atasannya, karena apapun bentuknya kementerian ESDM sesuai Keppres no 10 Tahun 2015 adalah di bawah Kemenko Kemaritiman.
Dan pernyataan Sudirman Said itu menurut saya hanyalah ungkapan panik Sudirman Said terkait beberapa isu yang sedang mendera Sudirman Said sendiri, misalnya terkait pelanggaran UU Minerba karena pemberian ijin ekspor konsentrat ke PT. Freeport, dan terbongkarnya sepak terjang Kuntoro di blok Masela.
Karena jika sekali lagi jujur melihat historis perjalanan menko RR sejak mahasiswa sampai hari ini, karakter, garis politik dan ekonomi RR sudah cukup jelas, sulit untuk membantah jika kegaduhan yang di ciptakan RR itu hanyalah aksi bohong-bohongan dan tipu-tipu, karena sejak dahulu ya begitulah RR, kuat dan konsisten dalam memperjuangkan prinsip dan garis politik yang di yakininya.
Demikian
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H