Sudah banyak contoh aksi-aksi seorang Rizal Ramli yang mencerminkan penerus amanah Sukarno itu, kita tidak sulit mencari kiprah-kiprah Rizal Ramli, bahkan cukup faktual dan begitu dekat kekinian.
Contoh saja aksi “Rizal Ramli” dengan jurus rajawali ngepretnya, beliau menjadi penggugah kembali kritisisme massa rakyat untuk bersama-sama melawan para pejabat korup, para pejabat komprador (antek) asing dan melawan penjajahan gaya baru yang disebut neokolonialisme neoliberalisme.
Kepretan Rizal Ramli yang begitu keras ke Freeport beserta antek-anteknya menjadi simbol pengobar semangat massa rakyat untuk kembali melawan, bahwa kita anti neokolonialisme yang hari ini perilaku itu ditunjukkan secara terang benderang oleh Freeport, dengan mengeruk SDA (Sumber Daya Alam) tanah Papua tanpa adil dan bermartabat.
“Freeport harus mau memenuhi tuntutan kita, kita tidak ingin nasionalisasi, tapi kalau Freeport tidak mau renegosiasi, Freeport harus serahkan ladang emas dan tembaga itu pada kita” (Rizal Ramli)
"Ini pejabat perusahaan atau pejabat negara Republik Indonesia?.. Nama tidak penting, pejabat yang kita musuhi karena perilakunya, bukan orangnya”. (Rizal Ramli)
Belum lagi soal pengobaran semangat melawan para penguasa-penguasa korup dinegeri ini. Kami contohkan saja soal “PENGPENG”. Bagaimana seorang Rizal Ramli dengan tajam menyimpulkan bahwa sumber KKN dinegeri ini akibat ulah penguasa yang masih berperilaku pengusaha. Seorang Rizal Ramli mencoba membuka mata dan semangat massa rakyat, bahwa negeri ini telah dirusak bangsamu sendiri, yakni PENGPENG itu.
"Banyak pejabat merangkap jadi pengusaha, atau "PENGPENG". Dwingfungsi "PENGPENG" merugikan negara dan rakyat, dan mengkhianati amanah reformasi. Orang tidak penting, tapi kelakuan harus berubah,". (Rizal Ramli)
Itulah beberapa kesamaan-kesamaan Sukarno dan Rizal Ramli, beliau berdua sama-sama pengobar semangat rakyat untuk melawan neokolonialisme, pejabat korup, dan komprador-komprador asing dengan era dan masanya yang berbeda.
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka. (Sukarno)
“Bangsa ini tidak boleh terus bergantung pada negara lain dan merasa minder serta takut terhadap negara lain. Bangsa ini harus menunjukkan jati dirinya yaitu bangsa yang unggul, bangsa pemenang”. (Rizal Ramli)
“Kita Belum Hidup Dalam Sinar Bulan Purnama, Kita Masih Hidup Di Masa Pancaroba, Tetaplah Bersemangat Elang Rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)