Segeralah Budin menyalami haji Sarkam sebagai ungkapan terima kasih.
Hari=hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Tanpa banyak gaya dan bikin perhatian orang, Haji Sarkam menjalankan tugasnya. Benar saja... Pas hari H, hari cerah sekali. matahari menampakkan senyumnya dan senyum itu menular ke Budin dan keluarganya. Tamu yang diundang datang semua dan tak henti-hentinya suguhan acara hiburan berlangsung sampai malam hari tanpa ada setetespun air hujan yang turun walaupun pada hari sebelumnya awan mendung sempat membuat kuatir dan menambah ketidakyakinan Budin atas kemampuan Haji Sarkam. Kesimpulannya adalah acara berlangsung sukses.
Selesaikah ceritanya sampai disini? Tidak ! Bukan hanya hari H saja tidak hujan tetapi sampai 5 hari berikutnya tidak hujan. Matahari makin unjuk gigi dengan panas teriknya sehingga membuat orang kampung mudah letih kepayahan karena dehidrasi. Ini bukan hanya terjadi pada siang hari, malam haripun panasnya udara membuat orang-orang kampung Haji Sarkam tidak nyaman tidurnya. Bahkan ada yang buka baju dan tidur di lantai.
Kejadian 5 hari tersebut menjadi gosip baru bagi Budin. Kepada para tetangga, Budin mengatakan kalau ini adalah ulah Haji Sarkam dan bukti kalau Haji Sarkam bukanlah pawang hujan yang mumpuni. Dari mulut ke mulut makin meluasnya gosip miring tersebut. Pada akhirnya, penduduk kampung tersebut dipimpin Budin  sepakat untuk mendatangi kediaman Haji Sarkam untuk meminta tanggung jawab haji Sarkam.
" Kam, Sarkam... dimana lu " teriakan penduduk kampung tanpa rasa hormat lagi.
Keluarlah Haji Sarkam dari dalam rumahnya.
" Assalamualaikum semuanya. Wahhhh banyak saudara ane yang silaturahim ke rumah ane. Silahkan masuk... "
" Ahhh udahlah ga usah banyak omong lu Kam. Kami ingin melakukan gugatan ma ente "
" Gugatan ? Kayak pengadilan aje. Ada apa nih "
" Gara-gara lu, kampung kita kepanasan "
" Kepanasan? Kok ane yang disalahin "