Santri mempunyai kedudukan yang setara dalam segala aspek sosial masyakarakat. Santri bukan warga negara kelas dua lagi. Santri bisa menduduki tempat-tempat strategis dipemerintahan.
Kebijakan ini tidak hanya seremonial saja. Penetapan hari Santri efeknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada kesenjangan pranata sosial yang selama ada. Santri bukan kaum kolokan atau ndeso. Semua atribut khas santri adalah kekayaan dan karekter bangsa.
Santri juga bisa menempati posisi strategis dalam bingkai lembaga politik. Yang selama ini distigma bahwa santri tidak layak menempati posisi strategis di lembaga politik. Seorang tokoh politik tidak lagi digambarkan dengan fashion model brainded eropa. Yang sarungan dan kopyah, bukan hal yang tabu dikenakan politisi.
Tentu saja, kebangkitan ini pertaruhan besar bagi kaum santri. Kaum santri harus bisa menunjukkan kemampuan dan kesempatan tersebut. Mengubah stigma miring soal santri.
Kuncinya, adalah profesionalitas yang didukung dengan kemampuan intelektualitas. Karena dua faktor itulah syarat yang menjadi tolak ukur nitizen.
Santri yang mempunyai posisi strategis dalam sektor politik. Harus mampu menciptakan kebijakan yang pro-rakyat. Jahu dari praktek-praktek korupsi. Dan jauh dari nepotisme. Semua mengunakan parameter logis di masyarakat.