Mohon tunggu...
Rudi Nofindra
Rudi Nofindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Biasa

" Fokus pada perjalanan, bukan tujuan." - Greg Anderson

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Aktif Melalui Pengalaman Belajar Siswa

5 Januari 2020   07:00 Diperbarui: 17 Juni 2021   08:21 2066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
siswa broadcast sedang melaksanakan praktikumSiswa SMK 3 Kota Bengkulu Sedang Melaksanakan Praktikum | kompasiana.com/attri

Dalam sebuah buku, Smaldino (2014) pertimbangan utama ketika memilih strategi pembelajaran adalah pencapaian standar dan tujuan pembelajaran. Selain itu pertimbangkan gaya belajar dan motivasi pemelajar saat memilih strategi untuk memastikan dengan baik bahwa telah memenuhi kebutuhan yang beragam dari para pemelajar. 

Kemudian tinjaulah model ARCS untuk melihat apakah strategi pembelajaran akan menarik perhatian (Attention) pemelajar, dianggap relevan (Relevant) untuk kebutuhan mereka, berada pada tingkat yang sesuai untuk membangun rasa percaya diri (Confidence), dan menghasilkan kepuasan (Satisfaction) untuk apa mereka belajar. 

Active Learning pada dasarnya bukan sebuah ide yang baru. Gagasan pembelajaran aktif telah ada sejak masa Socrates dan merupakan salah satu penekanan utama di antara para pendidik progresif. Ada beberapa aspek yang melatar belakangi berkembangnya konsep pembelajaran Active Learning. 

Salah satu aspek yang cukup dikenal melatar belakangi pentingnya pengembangan model pembelajaran Active Learning adalah ajaran Konfusius di China lebih dari 2400 tahun yang silam, yang menyatakan bahwa: yang saya dengar, saya lupa; yang saya lihat, saya ingat; dan yang saya lakukan, saya paham. 

Baca juga : Pentingnya Peran Orang Tua dalam Memanajemen Belajar Anak pada Masa Pandemi

Untuk tujuan pembelajaran di kelas, Silberman (2009) memodifikasi dan memperluas ketiga pernyataan sederhana dalam ajaran konfusius di atas menjadi apa yang disebut paham belajar aktif, sebagai berikut:

  • What I hear, I forget
  • What I see, I remember a litle
  • What I hear, see and ask questions abaut or discuss with someone else, I begin to Understand
  • What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill; What I teach to another, I master (Silberman, 2009).

Kutipan tersebut mengindikasikan bahwa betapa pentingnya pengembangan model Active Learning dalam proses pembelajaran di kelas, agar tercapai tujuan-tujuan instruksional secara efektif dan efisien. 

Melalui keaktifan mendengar, menyimak, bertanya/berdiskusi, dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dengan cara mengajarkannya kepada orang lain, peserta didik akan mampu memahami materi pelajaran yang dikaji. 

Peran fungsional guru dalam pembelajaran aktif yang utama adalah sebagai fasilitator. Fasilitator adalah seseorang yang membantu peserta didik untuk belajar dan memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. 

Dengan kata lain, guru wajib dan harus menguasai teori pendidikan dan metode pembelajaran serta mumpuni dalam penguasaan bahan ajar agar pembelajaran aktif berjalan dengan lancar. 

Memfasilitasi dalam pembelajaran menggambarkan suatu proses dalam membawa seluruh anggota kelompok untuk berpatisipasi dalam pembelajaran. Pendekatan ini berasumsi bahwa setiap peserta didik memiliki sifat unik yang bernilai untuk saling dipertukarkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun