Setiap kelompok menujuk rumah produksi sampai memprpduksi batik dengan motif berbeda, dan memiliki hak paten akan motifnya, juga memilih nama kelompok seperti Batik Gaziseri, Batik Sadulur, Batik Pancawati, Batik Melangit, Batik Bumiku, Batik Melinda, dan Batik Kedaung Kujang.
Keren banget kan.
Namun, saat aku dan teman Koteka berkunjung ke Kampung Batik, kami hanya berkunjung ke 4 kelompok, karena keterbatasan waktu. Mungkin kedepannya jika waktu lebih luang dan fokus sehari di Kampung Batik, kita bisa menjajal semua kelompok dan mencoba belajar membatik sendiri.
Meskipun demikian, perjalanan ke Kampung Batik cukup seru karena bisa mengenal batik mulai dari batik tulis hingga batik cetak, dengan motif yang beragam setiap kelompoknya.
Ada yang juga menarik perhatianku, dimana biasanya pembatik dominan dilakukan perempuan atau ibu-ibu, di salah satu kelompok di Kampung Batik, pembatik dilakukan oleh pria, dan beliau merupakan anak dari seorang ibu pembatik. Jadi yaa bisa disimpulkan sekeluarga bisa membatik.
Rasanya, aku juga pengen coba belajar membatik.
- Kampung Pulo Geulis
Destinasi kedua dilanjutkan ke Kampung Pulo Geulis atau Pulau Cantik. Sebelum aku ke kampung ini, awalnya Pulo Geulis sebagai nama kampung biasa, ngga pernah terpikirkan kalau ternyata lokasinya ada di pulau di dalam Kota Bogor. Setelah disampaikan pemandu wisata dan cek map di handphone, barulah ngeuh dan sadar bahwa Kampung Pulo Geulis ada di tengah pulau Kota Bogor.Meskipun Kota Bogor bukan berada di lautan, namun pulau yang dimaksud karena posisi Pulo Geulis adanya di tengah sungai Ciliwung.
Kemudian, kata Geulis pada penamaan Kampung Pulo Geulis artinya cantik, karena geulis dalam bahasa Sunda artinya cantik.
Karena lokasinya ada di tengah sungai, untuk mencapai Kampul Pulo Geulis, kami melewati jembatan. Dilanjutkan dengan menyuri gang, dan terdengar bunyi gendang dari kejauhan. Bunyi gendang semakin keras dan terlihat bangunan dengan perpaduan warna merah dan kuning nyentrik, dan ternyata kita dituntun pemandu wisata untuk mengenal klenteng yang ada di Kampung Pulo Geulis.Â
Pertunjukan barongsai yang cukup meriah menyambut kedatangan kami. Saat memasuki Klenteng Phan Ko Bio, ada yang cukup unik. Dimana biasanya warna yang tampil di setiap klenteng pasti warna merah dan kuning, namun di Klenteng ini ada pula unsur warna hijau, sebagai tanda penggabungan budaya antara Tionghoa, dan Sunda.Selain itu, di belakang Klenteng, terdapat area petilasan, dan area tersebut juga bisa dijadikan tempat untuk ibadah umat muslim. Jadi buat umat muslim yang akan melakukan ibadah di Klenteng ini, tentu tidak ada larangan, karena ada tempatnya tersendiri.
Pengurus Klenteng, yakni Bapak Chandra juga menjelaskan perbedaan antara Vihara dan Klenteng. Dimana Vihara merupakan tempat ibadah berbasis agama, sedangkan Klenteng berbasis budaya atau tradisi. Jadi penganut agama apapun bisa melakukan sembahyang di Klenteng dengan cara ibadah menurut agama masing-masing.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!