Mohon tunggu...
Rudi Apriadi
Rudi Apriadi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photography Enthusiast

Kadang nulis, seringnya foto.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kampung Tematik Unik, Jadi Pilihan Destinasi Wisata di Kota Bogor Selain Kebun Raya Bogor

30 Oktober 2022   13:20 Diperbarui: 30 Oktober 2022   13:55 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai orang yang tinggal di Kota Bogor selama lebih kurang 9 tahun. Kalau lagi jalan di akhir pekan, terlihat banyak mobil berplat B (Katanya Mobil Warga Ibukota) lalu lalang , yang rasanya bikin macet jalanan Bogor (bahasa kasarnya begitu), karena penduduk asli Kota Bogor pun merasakan hal demikian. Padahal dengan hadirnya kendaraan berplat lain, menandakan bahwa Kota Bogor jadi inceran warga Ibukota untuk berwisata, seharusnya tidak jadi masalah, malahan bisa meningkatkan ekonomi masyarakat Kota Bogor.


Kebanyakan masyarakat Ibukota, jalan-jalan ke Bogor lebih banyak ke area Kabupaten Bogor, seperti Puncak - Cisarua dengan kebun teh nya, dan kaki gunung salak dengan air terjunnya. Namun, tidak sedikit juga untuk bermain atau kulineran di Kota Bogor, dan pusat kuliner yang hype banget tidak lain yaitu Jalan Suryakencana.
Tapi, apa kamu tahu? Kalau di Bogor ternyata ada kampung tematik yang juga ngga kalah menarik dari tempat main dan kulineran yang udah kita kenal.

Bersama Koteka dan Dinas Pariwisata Bogor, aku ikut menjajaki dan mengenal kampung tematik yang ada di Kota Bogor, seperti Kampung Batik, Kampung Pulo Geulis, Kampung Labirin, dan Kampung Mulyaharja.

Kudapan asli Kota Bogor di awal Perjalanan
Diawali pertemuan di pagi itu depan pintu timur Stasiun Bogor, terpampang tulisan Bogor 1881 sebagai tanda kehadiran bangunan Stasiun Bogor pada tahun 1881.

dokpri
dokpri

Sebelum dimulai perjalanan ke kampung tematik, kudapan ringan asli Bogor dibagikan untuk dinikmati. Gigitan awal jatuh pada Strudel produksi JumpaBogor (JUMBO) yang tebal dengan isi daging di dalamnya cukup menggoyang lidah, dilanjutkan dengan menikmati wingko pala yang lembut dan gurih, juga sari pala yang nyegerin dari produsen Sirup Pala Bogor.

Bis Uncal Jadi Teman Perjalanan Menjelajah Kampung Tematik Kota Bogor
Setelah kenyang menikmati kudapan yang menggoyang lidah, kami pun keliling Alun-alun sembari melihat pameran bunga. Karena waktu sudah hampir siang, perjaanan dilanjutkan dengan menaiki Bis Uncal, sebagai bis wisata di Kota Bogor yang akan mengantarkan aku dan kawula Koteka ke destinasi yang akan dituju.

dokpri
dokpri

Menyusuri jalanan di Kota Bogor, dari Jalan Kapten Muslihat, menuju Jalan Juanda, lanjut ke arah Jalan Sudirman, berpapasan dengan Tugu Air Mancur, lanjut ke Jalan Jambu Dua, Jalan Talang dan sampai ke Jalan Neglasari, Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara, sebagai pemberhentian untuk destinasi pertama di Kampung Batik.

Kampung Tematik di Kota Bogor Bisa Jadi Pilihan Menghabiskan Akhir Pekan Selain Kebun Raya Bogor

  • Kampung Batik, Cibuluh
    Destinasi Wisata pertama yakni ke Kampung Batik, Cibuluh. Jalan Neglasari, Kelurahan Cibuluh, Kabupaten Bogor Utara, sebelum dicatut sebagai Kampuk Batik awalnya seperti kampung pada umumnya, tidak dikenal, juga taraf hidup masyarakatnya tergolong rendah. Namun setelah adanya inisiatif dari pemuda setempat untuk memberdayakan para Ibu untuk membatik, hingga akhirnya setelah giat membatik dan skilnya terus berkembang, Kampung Batik dikenal banyak orang, sampai memiliki brand sendiri untuk batik yang diproduksi.
    dokpri
    dokpri
    Kampung Batik pun diresmikan pada 24 Agustus 2019 oleh BAZNAS RI, dan melibatkan 45 anggota Ibu-ibu, dengan pembagian 9 kelompok.

    Setiap kelompok menujuk rumah produksi sampai memprpduksi batik dengan motif berbeda, dan memiliki hak paten akan motifnya, juga memilih nama kelompok seperti Batik Gaziseri, Batik Sadulur, Batik Pancawati, Batik Melangit, Batik Bumiku, Batik Melinda, dan Batik Kedaung Kujang.

    Keren banget kan.

    Namun, saat aku dan teman Koteka berkunjung ke Kampung Batik, kami hanya berkunjung ke 4 kelompok, karena keterbatasan waktu. Mungkin kedepannya jika waktu lebih luang dan fokus sehari di Kampung Batik, kita bisa menjajal semua kelompok dan mencoba belajar membatik sendiri.

    Meskipun demikian, perjalanan ke Kampung Batik cukup seru karena bisa mengenal batik mulai dari batik tulis hingga batik cetak, dengan motif yang beragam setiap kelompoknya.

    Ada yang juga menarik perhatianku, dimana biasanya pembatik dominan dilakukan perempuan atau ibu-ibu, di salah satu kelompok di Kampung Batik, pembatik dilakukan oleh pria, dan beliau merupakan anak dari seorang ibu pembatik. Jadi yaa bisa disimpulkan sekeluarga bisa membatik.

    Rasanya, aku juga pengen coba belajar membatik.

  • Kampung Pulo Geulis
    Destinasi kedua dilanjutkan ke Kampung Pulo Geulis atau Pulau Cantik. Sebelum aku ke kampung ini, awalnya Pulo Geulis sebagai nama kampung biasa, ngga pernah terpikirkan kalau ternyata lokasinya ada di pulau di dalam Kota Bogor. Setelah disampaikan pemandu wisata dan cek map di handphone, barulah ngeuh dan sadar bahwa Kampung Pulo Geulis ada di tengah pulau Kota Bogor.

    Meskipun Kota Bogor bukan berada di lautan, namun pulau yang dimaksud karena posisi Pulo Geulis adanya di tengah sungai Ciliwung.

    Kemudian, kata Geulis pada penamaan Kampung Pulo Geulis artinya cantik, karena geulis dalam bahasa Sunda artinya cantik.

    Karena lokasinya ada di tengah sungai, untuk mencapai Kampul Pulo Geulis, kami melewati jembatan. Dilanjutkan dengan menyuri gang, dan terdengar bunyi gendang dari kejauhan. Bunyi gendang semakin keras dan terlihat bangunan dengan perpaduan warna merah dan kuning nyentrik, dan ternyata kita dituntun pemandu wisata untuk mengenal klenteng yang ada di Kampung Pulo Geulis. 

    dokpri
    dokpri
    Pertunjukan barongsai yang cukup meriah menyambut kedatangan kami. Saat memasuki Klenteng Phan Ko Bio, ada yang cukup unik. Dimana biasanya warna yang tampil di setiap klenteng pasti warna merah dan kuning, namun di Klenteng ini ada pula unsur warna hijau, sebagai tanda penggabungan budaya antara Tionghoa, dan Sunda.

    Selain itu, di belakang Klenteng, terdapat area petilasan, dan area tersebut juga bisa dijadikan tempat untuk ibadah umat muslim. Jadi buat umat muslim yang akan melakukan ibadah di Klenteng ini, tentu tidak ada larangan, karena ada tempatnya tersendiri.

    Pengurus Klenteng, yakni Bapak Chandra juga menjelaskan perbedaan antara Vihara dan Klenteng. Dimana Vihara merupakan tempat ibadah berbasis agama, sedangkan Klenteng berbasis budaya atau tradisi. Jadi penganut agama apapun bisa melakukan sembahyang di Klenteng dengan cara ibadah menurut agama masing-masing.

    Kemudian tidak ada jam operasional khusus, jadi selalu terbuka sepanjang waktu, sehingga bisa melakukan sembahyang kapanpun. Berbeda dengan Vihara yang terdapat jam operasional tertentu.

  • Kampung Labirin
    Tak jauh dari Kampung Pulo Geulis sebagai Kampung dengan budaya toleransi yang kuat, kami dipandu kembali ke destinasi selanjutnya yakni ke Kampung Labirin. Menyusuri gang berkelok cukup membuat kepala pusing karena tidak mungkin menghapal jalurnya dalam waktu singkat. Begitupun bagi pendatang, pastikan ke Kampung Labirin ditemani pemndu wisata ataupun memberanikan diri dengan selau bertanya ke penduduk setempat, karena yang sudah-sudah banyak yang tersesat di kampung ini, itulah wujud nyata dinamakannya Kampung Labirin. 
    dokpri
    dokpri
    Di pintu masuk Kampung Labirin, cireng rujak hadir di meja untuk dicicipi, jika tidak puas dengan hanya mencicipi, bisa beli sesuai kebutuhan untuk dibawa sebagai buah tangan atau sekedar dimakan setelah sampai rumah dan bagi-bagi sama teman-teman.

    Kami pun disambut dengan alunan angklung yang ditampilkan oleh anak laki-laki, dan tarian gemulai dari anak-anak perempuan.

    Di Kampung Labirin juga terdapat rumah baca yang diramaikan para adik-adik yang sedang bermain dan membaca. Ada yang unik saat mengunjungi Kampung Labirin, dimana terdapat pengrajin emping jengkol yang turun-temurun, hingga batu yang digunakan untuk menggeprek jengkol usianya melebihi pengrajinnya.

    Setelah beberapa dari kami mencoba menggeprek jengkol dan membeli emping jengkol, kami juga diajak untuk melihat sungai Ciliwung, dan ternyata ada yang sedang rafting dengan perahu karetnya. Sayangnya kami tidak membawa baju ganti, jadi tidak bisa ikut rafting sama akamsi Kampung Labirin.

  • Kampung Mulyaharja
    Suasana hectik dan hiruk-pikuk di hari kerja menjadikan banyak dari kita menginginkan suasana weekend yang tenang. Kalau kata anak senja mah kalau kita butuh healing. Kalau anak ibukota main ke Bogor dan membutuhkan suasana yang tenang dan sejuk, seperti yang dikatakan di atas (banget) biasanya akan pergi ke curug atau air terjun, dan lokasinya cukup jauh dari Kota Bogor. 
    dokpri
    dokpri
    Namun nyatanya di Kota Bogor juga ada lho tempat healing yang asik, dengan ladang sawah yang luas, pemandangan yang indah nan menawan, udara yang tentunya sejuk, dan lagi bisa ngopi ala-ala anak senja.

    Ya, semua keindahan itu ada di Kampung Mulyaharja, dimana yang awalnya persawahan biasa, kini jadi Agrowisata. Bukan sekedar menawarkan pemandangan sawah saja, seperti yang aku sampaikan di atas, bahwa di Kampung Mulyaharja juga terdapat makanan khas Sunda yang nikmat membahana. Liwet dengan tumis teri yang nikmat, ditambah lalapan, dan tak lupa sambal pedas yang tak kalah menggoyang lidah.

    Coffee Shop juga hadir di pinggir sawah, jadi bisa menikmati kopi kekinian sekaligus menikmati suasana indah nan menawan. Cocok dah kalau suasana ngopi nya dibikin cinematik ala-ala.

  • Kampung Perca
    Bis Uncal masih setia mengantarkan kami dalam perjalanan ini, dan destinasi berikutnya yakni berkunjung ke Kampung Perca. Tulisan Perca yang vertikal jelas terpampang di depan gang, jalan gang bersih dilengkapi dengan lampion kotak menghias jalan. Lalu salah satu pengurus kegiatan di Kampung Perca menyambut kami dengan minuman rempah yang dingin dan melegakan. Glek, glek. Tak lupa mencoba manisan pala yang manis bercampur kecut dan asam, mantap pisan. 
    dokpri
    dokpri
    Kemudian kami diajak untuk melihat produksi perca, ibu-ibu di Kampung Perca giat menganyam dan menjahit kain perca dalam berbagai bentuk, mulai dari yang terkecil yakni gantungan kunci, keset, celemek, sarung bantal, gorden, baju, dan banyak lagi hasil produksi yang ditampilkan.

    Ibu-ibu produktif memang, menjahit perca secara bergantian setiap harinya dan menghasilkan produk untuk dijual kepada pengunjung, sampai dijual secara online.

dokpri
dokpri

Hari mulai sore, dan waktu berkunjung ke Kampung Tematik juga usai. Sebenarnya masih banyak Kampung Tematik lain di Bogor, namun karena keterbatasan waktu, sehingga di momen kali ini kita hanya bisa mengunjungi 5 Kampung Tematik. Tidak ada kekecewaan sama-sekali, yang ada justru aku senang bisa tahu ternyata destinasi wisata di Kota Bogor ngga hanya Kebun Raya Bogor dan Jalan Suryakencana saja, Kampung Tematik pun bisa jadi destinasi wisata yang kedepannya bisa jadi destinasi favorit, dan pulan dari Kota Bogor bisa banyak membawa buah tangan, buat diri sendiri, keluarga, maupun teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun