Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kucoba Bertahan Melawan Badai

16 Januari 2025   18:49 Diperbarui: 16 Januari 2025   18:49 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kucoba Bertahan Melawan Badai

Badai angin berhembus mengguncang jiwa,
Mengoyak daun-daun harapan di hati.
Kucoba bertahan, meski napas terasa berat,
Menghimpun sisa kekuatan dalam sunyi.
Namun langkah terasa kian rapuh,
Bagai pasir disapu gelombang tak bertepi.

Badai petir memekik di langit kelam,
Menorehkan luka pada langit malam.
Kucoba bertahan, meski ketakutan merajam,
Meniti pelita kecil di lorong suram.
Namun gelap terlalu pekat menguasai,
Hingga nurani pun nyaris kehilangan kendali.

Badai hujan mengguyur tanpa henti,
Menghapus jejak yang kutulis penuh mimpi.
Kucoba bertahan, di tengah deras ini,
Menggenggam keyakinan yang mulai menipis.
Namun dingin menggigilkan tulang,
Membekukan asa yang dulu gemilang.

Badai panas membakar bumi yang lelah,
Mengeringkan hati hingga layu tak bersalah.
Kucoba bertahan, di antara debu dan amarah,
Menghidupkan cinta yang mulai padam.
Namun api terus berkobar membabi buta,
Menjilat harapan hingga tinggal abu semata.

Badai waktu melahap mimpi perlahan,
Mencuri usia yang dulu tampak tak terhingga.
Kucoba bertahan, melawan gelisah tak tertahan,
Mengisi kekosongan dengan doa yang dalam.
Namun waktu terus berlalu tanpa ampun,
Meninggalkan kenangan yang jadi beban.

Badai perpisahan menorehkan luka yang pilu,
Memisahkan jiwa-jiwa yang dulu menyatu.
Kucoba bertahan, meski rindu menggulung kalbu,
Menguatkan hati yang rapuh oleh waktu.
Namun bayang-bayang kenangan kian meronta,
Membuat jiwa tak mampu melupa.

Badai kehidupan membawa ujian tak terduga,
Menghancurkan mimpi-mimpi dalam sekejap mata.
Kucoba bertahan, meski duka menjadi sahabat,
Menganyam asa dari serpihan yang ada.
Namun kenyataan seringkali lebih kejam,
Menggugurkan harapan dengan cepat dan dalam.

Badai keraguan menyerang batin yang hampa,
Mengguncang iman hingga hampir merana.
Kucoba bertahan, mencari cahaya di tengah gulita,
Menguatkan diri dengan keyakinan sederhana.
Namun godaan terus datang tanpa jeda,
Menguji hati yang hampir tak percaya.

Badai kehilangan meninggalkan kehampaan,
Mengambil cinta yang dulu jadi pegangan.
Kucoba bertahan, meski hati serasa kosong,
Membangun kembali apa yang telah hilang.
Namun rasa sepi menguasai seluruh ruang,
Mengiris jiwa dengan pedih yang mendalam.

Badai kekecewaan menghantam tanpa ampun,
Menghancurkan harapan yang dulu kukandung.
Kucoba bertahan, meski luka terus menganga,
Menutup rasa pedih dengan doa dan usaha.
Namun kecewa tak mudah dilupakan,
Seperti duri yang terus menusuk dalam.

Badai cinta yang tak terbalas datang mengoyak,
Meninggalkan hati dengan luka yang membekas.
Kucoba bertahan, meski rasa terus menyayat,
Menata hati yang porak-poranda tanpa arah.
Namun cinta seringkali membawa duka,
Meninggalkan kenangan yang sulit disingkirkan.

Badai kebencian menyelimuti dunia yang damai,
Mengganti tawa dengan duka yang mendalam.
Kucoba bertahan, di tengah maki  yang membakar,
Membawa cinta yang seakan hampir pudar.
Namun kebencian terus menyebar seperti bara,
Membakar harapan hingga menjadi abu semata.

Badai perpisahan tak henti menyiksa hati,
Memisahkan kasih yang seharusnya abadi.
Kucoba bertahan, meski tangis tak terhenti,
Mengisi ruang kosong dengan doa yang suci.
Namun air mata tak sanggup menutupi,
Rasa hampa yang tak pernah pergi.

Badai ketidakadilan mengguncang nurani,
Merampas hak yang seharusnya diberi.
Kucoba bertahan, melawan tanpa henti,
Memegang prinsip di tengah durjana,
Namun kebenaran kerap terselimuti,
Oleh kekuasaan yang tak kenal hati.

Badai kesepian datang tanpa undangan,
Mengisi ruang jiwa dengan kekosongan.
Kucoba bertahan, meski hati hampir menyerah,
Menghidupkan harapan dalam doa yang tak lelah.
Namun sunyi terus menyelimuti malam,
Menambah pedih yang sulit terpadamkan.

Badai rasa bersalah menghantui malam,
Menyelimuti hati dengan penyesalan dalam.
Kucoba bertahan, meski jiwa terus tersiksa,
Menghapus dosa dengan tetes doa.
Namun bayang kesalahan tak mudah dilupa,
Menjadi duri di hati yang tak kunjung reda.

Badai rasa takut mencengkeram hati,
Menghadirkan bayang-bayang tanpa arti.
Kucoba bertahan, melawan ketakutan ini,
Menggenggam keberanian yang hampir mati.
Namun rasa takut terus menghantui langkah,
Membuat jalan terasa penuh jebakan.

Badai keraguan menghancurkan keyakinan,
Mengubah percaya menjadi pertanyaan.
Kucoba bertahan, di tengah badai keraguan,
Menyulam asa yang hampir hilang.
Namun pertanyaan terus hadir tanpa jawaban,
Menggoyahkan iman yang selama ini dipegang.

Badai kesulitan datang bertubi-tubi,
Menghimpit hati hingga terasa mati.
Kucoba bertahan, meski langkah terasa berat,
Menggapai harapan yang mulai redup.
Namun dunia tak pernah berhenti mencoba,
Mengajarkan arti sabar yang sesungguhnya.

Badai kehidupan akhirnya mereda perlahan,
Menyisakan luka namun juga pelajaran.
Kucoba bertahan, hingga badai itu hilang,
Menjemput harapan dengan senyuman tenang.
Namun hati kini telah banyak belajar,
Bahwa badai selalu menguatkan iman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun