Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Keadilan bagi "Kelompok Rentan" dan Efisiensi Keuangan Negara dalam Program Makan Bergizi Gratis

16 Januari 2025   00:26 Diperbarui: 16 Januari 2025   00:57 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Suara.com)

Program MBG yang tepat sasaran akan membantu menciptakan perubahan sosial yang lebih luas, dengan memberikan perhatian khusus kepada mereka yang mengalami kekurangan gizi, serta memberikan mereka kesempatan yang lebih baik untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Ketika kualitas hidup anak-anak di keluarga miskin meningkat, maka mereka akan memiliki peluang lebih besar untuk sukses di masa depan, yang tidak hanya akan menguntungkan mereka sebagai individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Program yang lebih efisien ini juga akan memberikan contoh bagi kebijakan publik lainnya, menunjukkan bagaimana penggunaan anggaran yang tepat dapat menghasilkan manfaat sosial yang besar, bukan hanya dalam jangka pendek, tetapi juga dalam jangka panjang. Dengan demikian, efisiensi anggaran dalam MBG tidak hanya penting untuk keberlanjutan program, tetapi juga untuk menciptakan perubahan sosial yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

Kesimpulan

Dalam menilai keadilan dan efisiensi Program Makan Bergizi Gratis (MBG), kita harus mempertimbangkan dengan cermat dua faktor utama, yaitu kebutuhan kelompok rentan dan keterbatasan anggaran negara. Meskipun tujuan program ini sangat mulia, yaitu untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak di Indonesia, distribusi manfaat yang merata tanpa membedakan status ekonomi dapat menimbulkan ketidakadilan dan ketidakefisienan. Memberikan makanan bergizi gratis kepada semua siswa, termasuk mereka yang berasal dari keluarga sejahtera, dapat dianggap tidak efisien dan tidak adil, karena anak-anak dari keluarga sejahtera umumnya sudah mendapatkan asupan gizi yang cukup melalui keluarga mereka. Dengan demikian, alokasi anggaran untuk mereka justru dapat mengurangi kemampuan pemerintah untuk fokus pada mereka yang benar-benar membutuhkan, yakni siswa dari keluarga miskin yang mengalami kekurangan gizi.

Program MBG harus lebih difokuskan pada siswa yang berasal dari keluarga miskin atau yang menghadapi kekurangan gizi. Anak-anak dari kelompok ini yang sering kali tidak dapat mengakses makanan bergizi yang cukup akan sangat diuntungkan oleh program ini. Dengan memfokuskan bantuan kepada mereka yang paling membutuhkan, anggaran negara dapat digunakan secara lebih optimal untuk mengatasi masalah kekurangan gizi yang selama ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Kekurangan gizi pada anak-anak berisiko besar bagi pertumbuhan fisik dan kognitif mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas pendidikan dan masa depan mereka. Oleh karena itu, menargetkan kelompok yang paling membutuhkan akan memberikan dampak sosial yang lebih besar dan lebih berarti bagi pembangunan jangka panjang.

Pendekatan ini sejalan dengan prinsip keadilan yang diajukan oleh John Rawls dan Aristoteles. Rawls dalam teorinya menekankan pentingnya distribusi sumber daya yang mengutamakan mereka yang paling tidak menguntungkan dalam masyarakat. Prinsip ini mengajarkan kita untuk memperhatikan kelompok yang paling terpinggirkan dan memberikan prioritas kepada mereka, agar ketidakadilan dapat diminimalisir. Aristoteles, di sisi lain, berpendapat bahwa keadilan melibatkan pemberian kepada setiap orang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Dalam konteks MBG, ini berarti bahwa manfaat program harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Oleh karena itu, memberikan makanan bergizi kepada siswa yang tidak membutuhkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak adil, karena tidak memperhitungkan perbedaan kondisi dan kebutuhan di antara individu.

Dengan mengalokasikan sumber daya dengan bijaksana dan selektif, program MBG tidak hanya dapat mencapai tujuan kesejahteraan sosial, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan dampak yang lebih besar bagi masyarakat yang paling membutuhkan. Pendekatan yang selektif ini memungkinkan anggaran yang terbatas untuk digunakan secara maksimal, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan. Selain itu, dengan fokus pada kelompok yang paling rentan, program MBG dapat menciptakan perubahan sosial yang lebih signifikan dalam jangka panjang, khususnya dalam meningkatkan kualitas hidup anak-anak dari keluarga miskin.

Sebagai negara dengan sumber daya yang terbatas, setiap rupiah yang digunakan dalam program sosial seperti MBG harus dapat memberikan manfaat maksimal. Oleh karena itu, alokasi anggaran yang tepat dan fokus pada kelompok yang paling membutuhkan adalah kunci keberhasilan program ini. Jika anggaran digunakan secara efisien, program MBG tidak hanya dapat memperbaiki gizi anak-anak yang kurang mampu, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat secara keseluruhan. Keberlanjutan dan keberhasilan program ini bergantung pada pemahaman bahwa sumber daya yang terbatas harus digunakan dengan bijaksana, agar tujuan sosial dapat tercapai dengan efektif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun