Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang senja yang tak pernah meminta,
Tentang rindu yang menghimpit dada,
Yang datang tanpa diberi izin,
Mengisi ruang kosong dalam jiwa,
Meninggalkan kata-kata yang tak terucap.
Aku cuma bisa berpuisi,
Mencari makna dalam tiap langkah,
Mencari terang di lorong gelap,
Mencari harapan di ujung jalan,
Meski kadang aku hanya diam,
Berharap angin menyampaikan bisikan.
Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang cinta yang tak selalu sempurna,
Tentang patah hati yang terpendam,
Yang terus tumbuh meski tak terlihat,
Seperti bunga di bawah batu,
Tetap hidup meski tersembunyi.
Aku cuma bisa berpuisi,
Melukis wajah dunia dengan kata,
Menulis kisah tanpa akhir,
Bersama mimpi yang tak kunjung tidur,
Di bawah langit yang terus bergerak,
Mengiringi langkah yang tak pernah henti.
Aku cuma bisa berpuisi,
Bercerita pada malam yang sunyi,
Tentang bintang yang jatuh,
Tentang harapan yang terhenti,
Dan segala yang hilang dalam diam,
Terbenam dalam ingatan yang jauh.
Aku cuma bisa berpuisi,
Menggenggam waktu yang terus berlalu,
Mencatat jejak langkah yang terhapus,
Menyimpan segala tentangmu,
Yang pernah hadir sejenak,
Lalu menghilang, seperti angin.
Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang mimpi yang tak pernah mati,
Yang terus mengejar, meski jauh,
Menggambarkan dunia yang berbeda,
Tempat di mana kita masih bersama,
Dan tidak ada lagi jarak di hati.
Aku cuma bisa berpuisi,
Untuk semua yang tak terungkapkan,
Untuk segala yang terlupakan,
Yang mungkin tak pernah kau dengar,
Karena puisi ini hanya untuk aku,
Dan setiap kata adalah milikku.
Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang waktu yang memudar,
Tentang kita yang tidak pernah sama,
Namun saling menyatu dalam diam,
Membangun kenangan yang tak terlupa,
Seperti riak di permukaan air.
Aku cuma bisa berpuisi,
Karena kadang kata adalah pelipur,
Saat dunia begitu keras,
Dan aku terlalu lelah untuk berbicara,
Cukup biarkan puisi ini berbicara,
Dengan bahasa yang hanya aku pahami.
Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang hujan yang jatuh perlahan,
Tentang tiap tetes yang bercerita,
Menceritakan kisah tentangmu,
Yang dulu ada di dekatku,
Namun kini hanya jadi bayangan.
Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang sunyi yang berbicara,
Tentang hati yang terlalu penuh,
Dengan segala yang tak tersampaikan,
Yang hanya bisa kuungkapkan,
Lewat bait-bait yang datang begitu saja.
Aku cuma bisa berpuisi,
Di antara malam yang memeluk sepi,
Menulis untuk yang telah pergi,
Menulis untuk yang akan datang,
Karena puisi adalah penyejuk hati,
Ketika dunia terasa terlalu keras.
Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang perasaan yang tak selalu tampak,
Tentang cinta yang datang dengan air mata,
Tentang harapan yang rapuh,
Namun tetap ingin tumbuh,
Meski angin mencoba menumbangkannya.
Aku cuma bisa berpuisi,
Untuk merayakan hidup yang sederhana,
Untuk menikmati setiap detik,
Yang tak selalu sempurna,
Namun tetap berharga,
Seperti kata-kata yang mengalir begitu bebas.
Aku cuma bisa berpuisi,
Tentang perjalanan yang penuh misteri,
Tentang jalan yang belum pernah kujelajahi,
Tentang impian yang tak tahu batas,
Yang terus mencari jalan pulang,
Menemui diriku yang sudah lama hilang.
Aku cuma bisa berpuisi,
Menyusun cerita dari potongan waktu,
Menyulam kenangan menjadi satu,
Dengan benang harapan yang rapuh,
Namun cukup kuat untuk bertahan,
Menghadapi segala yang datang.
Aku cuma bisa berpuisi,
Menciptakan dunia di dalam kata,
Menciptakan hidup yang penuh makna,
Dengan setiap rima yang tercipta,
Menjadi saksi dari perjalanan ini,
Yang tak pernah benar-benar selesai.
Aku cuma bisa berpuisi,
Untuk mengungkapkan yang tak terkatakan,
Untuk memberikan arti pada kesunyian,
Karena di dalam diam,
Ada ribuan cerita,
Yang hanya bisa ditemukan lewat puisi.
Aku cuma bisa berpuisi,
Karena dalam setiap bait ada dirimu,
Dan dalam setiap kata ada aku,
Yang tak pernah benar-benar mengerti,
Namun tetap berusaha,
Untuk menemukan makna dalam tiap rima.
Aku cuma bisa berpuisi,
Mengukir jejak dalam dunia yang luas,
Mencoba mencari tempat untukku,
Di antara ribuan bintang,
Yang tak pernah meminta perhatian,
Namun selalu ada untuk menerangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H