Dia yang dulu disebut pahlawan,
Dia yang kita beri seluruh kepercayaan.
Kini berubah jadi wajah penuh kejahatan,
Ternyata, pahlawan hanya bayangan,
Rakyat terlupakan di tengah perayaan,
Harapan hancur dalam kegelapan.
Dia yang berjanji akan membawa terang,
Dia menghapus air mata yang dulu tergenang.
Namun langkahnya kini penuh jurang,
Ternyata, terang berubah jadi bayang-bayang,
Cahaya sirna dalam gelap yang menghalang,
Rakyat kehilangan arah di malam panjang.
Dia mencuri kata dari kitab suci,
Dia menjual doa demi membangun ilusi.
Menipu rakyat dengan iman yang tersaji,
Ternyata, iman hanyalah alat melukai,
Doa-doa berubah menjadi senjata mematikan,
Rakyat tertunduk dalam kekalahan.
Dia menanam kebohongan di setiap tanah,
Dia memetik buah dosa tanpa rasa salah.
Segala janji hanyalah muslihat tanpa arah,
Ternyata, kebohongan itu kini menjadi sejarah,
Negeri ini jadi ladang luka yang parah,
Rakyat kehilangan tempat untuk berserah.
Dia menyebut dirinya pemimpin sejati,
Dia meminta rakyat tunduk dalam janji.
Namun tindakannya melukai tanpa henti,
Ternyata, sejati hanyalah kata tanpa bukti,
Pemimpin berubah jadi penguasa tirani,
Rakyat hanya bayang dalam negeri ini.
Dia berdiri megah di atas penderitaan,
Dia tertawa di tengah tangisan dan kesengsaraan.
Seolah semua kehancuran adalah takdir Tuhan,
Ternyata, kehancuran ini adalah hasil tangan,
Pemimpin yang mengkhianati semua harapan,
Rakyat terjebak dalam mimpi buruk tak berujung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI