Terkutuklah api yang membakar dalam,
Menghanguskan cinta hingga jadi abu kelam.
Namun aku tetap mencoba bertahan,
Karena aku tak rela cinta lenyap tanpa perjuangan.
Karena aku tak ingin api ini padam selamanya,
Karena tak sudi cinta terkubur tanpa cerita.
Terkutuklah bayangan di setiap sudut,
Mengintai jiwa, menebar keluh kesah.
Kenangan pahit menjadi cermin rusak,
Karena aku tak rela masa lalu merantai langkah.
Karena aku tak ingin hidup terus terhenti,
Karena tak sudi harapan mati di tepi.
Terkutuklah bumi yang terus berputar,
Membawa kisah yang semakin pahit terulang.
Setiap pagi tak lagi memberi cahaya,
Karena aku tak rela hidup tanpa makna.
Karena aku tak ingin jiwa ini memudar,
Karena tak sudi menyerah pada kegelapan.
Terkutuklah malam yang merenggut mimpi,
Meninggalkan sepi yang terus menyiksa diri.
Langkah kaki yang terus tertatih,
Karena aku tak rela sunyi ini abadi.
Karena aku tak ingin cinta ini mati,
Karena tak sudi menyerah pada dunia yang iri.
Terkutuklah luka yang tak kunjung sembuh,
Mengukir kisah pedih di setiap peluh.
Hati yang retak tak lagi bernyawa,
Karena aku tak rela jiwa ini binasa.
Karena aku tak ingin takdir menulis derita,
Karena tak sudi bahagia berlalu begitu saja.
Terkutuklah harapan yang digenggam erat,
Namun layu sebelum mekar di akhirat.
Setiap langkah menjadi berat tak tertahan,
Karena aku tak rela langkahku sia-sia.
Karena aku tak ingin akhir menjadi penyesalan,
Karena tak sudi perjuangan ini tak dikenang.
Terkutuklah angin yang membawa kabar buruk,
Membawa aroma pahit yang menusuk.
Langit pun enggan berbagi cerita,
Karena aku tak rela dunia ini tanpa warna.
Karena aku tak ingin hidup hanya derita,
Karena tak sudi takdir menghancurkan mimpi kita.
Terkutuklah detik-detik yang terus berlalu,
Menambah jarak antara harapan dan waktu.
Tak ada ruang untuk kembali ke masa lalu,
Karena aku tak rela masa depan tanpa terang.
Karena aku tak ingin menyerah sebelum berjuang,
Karena tak sudi harapan hilang di tengah jalan.
Terkutuklah suara yang menyerukan kebohongan,
Menebar duri di setiap perjalanan.
Hati pun terus memanggil kebenaran,
Karena aku tak rela dusta menjadi tuan.
Karena aku tak ingin cinta jadi hampa,
Karena tak sudi hidup ini kehilangan artinya.
Terkutuklah dunia yang menebar derita,
Namun di dalamnya, aku temukan cahaya.
Segala luka adalah guru dalam hidup,
Karena aku tak rela menyerah pada kehampaan.
Karena aku tak ingin kalah tanpa arti,
Karena aku mau berdiri dan meraih mimpi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H