Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami "Marah" Secara Bijak dari Berbagai Perspektif

8 Januari 2025   23:08 Diperbarui: 8 Januari 2025   23:15 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Klikdokter)

Marah: Emosi yang Perlu Dipahami dari Berbagai Perspektif

Marah adalah salah satu emosi yang paling kuat dan sering kita alami. Dari terjebak kemacetan hingga ketidakadilan sosial yang dirasakan, perasaan marah bisa muncul dalam berbagai situasi. Tetapi, apakah marah itu selalu buruk? Bisa jadi, ada kalanya marah menjadi pembangkit semangat untuk memperbaiki sesuatu yang salah, namun di sisi lain, jika tidak dikelola dengan baik, marah bisa merusak hubungan dan bahkan menghancurkan kehidupan.

Marah adalah emosi alami yang bisa mempengaruhi kinerja di tempat kerja, terutama bagi pemimpin. Dalam kepemimpinan, marah bisa menjadi pendorong perubahan positif atau justru merusak hubungan tim. Mari kita lihat contoh bagaimana kemarahan seorang pemimpin bisa berujung pada hasil yang berbeda, tergantung bagaimana itu dikelola.

Budi, seorang manajer tim di perusahaan teknologi, marah setelah timnya gagal memenuhi tenggat waktu penting untuk proyek besar. Beberapa anggota tim tidak memenuhi ekspektasi Budi dalam hal komunikasi dan pengumpulan data.

Budi meluapkan kemarahan di rapat tim, menegur Dian, pemimpin bagian laporan akhir, yang mengabaikan arahan penting. Dia mengkritik keras kinerja tim.

Setelah rapat, Budi menyadari pendekatannya perlu diperbaiki. Dia berbicara empat mata dengan Dian, mendengarkan penjelasannya, dan memberi dukungan. Budi mengadakan pertemuan tim untuk mencari solusi bersama dan menawarkan pelatihan tambahan. Tim berhasil menyelesaikan proyek tepat waktu, dan hubungan tim semakin erat.

Jika Budi terus marah tanpa memberikan ruang untuk diskusi, tim bisa merasa dihina dan kehilangan motivasi. Ini dapat merusak kinerja dan menciptakan ketegangan di tempat kerja.

Kemarahan Budi dapat memberikan dampak yang sangat berbeda. Ketika dikelola dengan bijaksana, itu bisa memperbaiki situasi dan mempererat hubungan tim. Sebaliknya, kemarahan yang tidak terkendali justru bisa merusak semangat dan kinerja tim. Pemimpin harus tahu kapan dan bagaimana mengungkapkan kemarahan dengan cara yang konstruktif.

Mari kita lihat marah dari berbagai perspektif, mulai dari psikologi hingga filsafat, dan bagaimana emosi ini bisa berfungsi positif atau negatif, dengan bantuan pandangan dari para ahli.

Perspektif Psikologis: Mengapa Kita Marah?

Dari sisi psikologi, marah adalah reaksi emosional yang normal ketika kita merasa terancam, tidak dihargai, atau merasa ada ketidakadilan. Sigmund Freud, seorang tokoh penting dalam psikologi, berpendapat bahwa marah berasal dari ketegangan antara id (keinginan dasar) dan superego (moralitas dan norma). Ketika ada konflik antara keinginan kita dan harapan sosial, marah bisa muncul sebagai mekanisme pertahanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun