Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyanyian Jiwa

4 Januari 2025   20:49 Diperbarui: 4 Januari 2025   20:50 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Adobephoto)

Pada semesta, jiwa menyerah,
Tak melawan arus, tak memecah arah,
Ada keindahan dalam menerima,
Menerima hidup apa adanya,
Nyanyian jiwa mengalun merdu,
Mengajari hati untuk tak membeku.

Pelangi muncul setelah badai,
Warna-warni menghapus pilu yang kelam,
Jiwa yang hancur mulai bangkit,
Cahaya baru muncul menggamit,
Nyanyian jiwa mengalun merdu,
Mengajak kembali pada bahagia yang semu.

Pada salju, ada keheningan,
Membekukan waktu dalam kesejukan,
Langkah kecil meninggalkan jejak,
Dalam putih, jiwa terbungkus tak retak,
Nyanyian jiwa mengalun merdu,
Menghangatkan hati dalam dingin yang beku.

Di ladang bunga, harum menyeruak,
Warna-warna hidup, jiwa tak terpuruk,
Kehidupan terasa penuh cinta,
Pada setiap kelopak yang memuja,
Nyanyian jiwa mengalun merdu,
Menyentuh setiap relung jiwa yang lugu.

Di balik tawa, ada kesedihan,
Di balik senyum, ada kerinduan,
Jiwa yang hidup adalah jiwa yang merasa,
Segala warna emosi, tak ada yang sia-sia,
Nyanyian jiwa mengalun merdu,
Menyambut segala yang hidup dan kelabu.

Dalam kesendirian, ada ketenangan,
Dalam keheningan, ada jawaban,
Jiwa belajar dari tiap sunyi,
Menemukan arti dalam waktu yang sepi,
Nyanyian jiwa mengalun merdu,
Menemani langkah di jalan yang baru.

Pada setiap perjalanan, ada cerita,
Ada pelajaran di tiap langkah kita,
Hidup terus bergerak, tak pernah berhenti,
Membawa jiwa pada takdir yang pasti,
Nyanyian jiwa mengalun merdu,
Menguatkan harapan di hati yang redup.

Pada akhir hari, ada kelelahan,
Tapi dalam jiwa ada kebahagiaan,
Segala usaha tak pernah sia-sia,
Semua membawa jiwa pada makna,
Nyanyian jiwa mengalun merdu,
Membisikkan syukur pada Sang Penentu.

Jiwa terus bernyanyi dalam waktu,
Menyusuri hidup tanpa tahu,
Apa yang akan terjadi di depan,
Tapi jiwa tak pernah merasa sendirian,
Nyanyian jiwa mengalun merdu,
Menguatkan hati yang kadang tersedu.

Pada akhirnya, nyanyian ini akan usai,
Tapi jiwa akan tetap bernyanyi lagi,
Sebab hidup adalah sebuah simfoni,
Dengan nada suka dan duka yang harmonis,
Nyanyian jiwa mengalun merdu,
Menutup cerita dengan indah yang padu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun