Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mencari Kata yang Tersesat

3 Januari 2025   18:05 Diperbarui: 3 Januari 2025   18:05 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencari Kata yang Tersesat

Di tengah malam yang sepi, kata itu hilang,
Tersesat dalam rindu yang tak terungkapkan,
Angin menyusuri setiap lorong pikiranku,
Menunggu kata yang lupa pulang,
Hilang dalam perjalanan waktu yang panjang.

Kata yang dulu sering terucap dengan mudah,
Kini tersembunyi di balik senyum yang rapuh,
Setiap kalimat mencari tempatnya,
Namun tersesat di antara keraguan,
Meninggalkan hati yang menanti penjelasan.

Di balik setiap larik dan untaian doa,
Kata itu terperangkap dalam keheningan,
Mencari jalannya di dalam kekosongan,
Hati yang terpecah tak tahu arah,
Menunggu kata yang tersesat kembali pulang.

Lalu aku bertanya pada bintang malam,
Apakah mereka melihat kata yang hilang itu?
Mereka hanya diam, tak memberi jawab,
Namun aku tahu, kata itu masih ada,
Tersesat, menunggu waktunya untuk muncul.

Kadang kata itu terperangkap dalam jiwa,
Terlalu banyak beban yang mengurungnya,
Tak bisa mengalir seperti dulu lagi,
Tersesat dalam hutan pikiran yang ruwet,
Berjuang untuk keluar, mencari kebebasan.

Aku mencarinya di antara bayang-bayang,
Di setiap sudut ruang yang sunyi,
Kata yang pernah ada kini melayang,
Tersesat di antara kenangan yang tak pasti,
Aku terus mencari, meski lelah menghampiri.

Bahkan dalam kesunyian yang mendalam,
Kata-kata tetap terpendam dalam hati,
Tak terucap, tak terjamah,
Hanya tersesat di antara keinginan,
Menunggu agar kembali kepada pemiliknya.

Di antara gemuruh dunia yang sibuk,
Kata itu hilang dalam hiruk-pikuk,
Namun dalam kesendirian, aku yakin,
Ia masih ada, tersesat di dalam diri,
Menunggu momen untuk ditemukan kembali.

Aku menyusuri setiap lorong ingatan,
Tapi kata itu tak kunjung muncul,
Adakah ia bersembunyi di balik waktu?
Ataukah ia terjatuh di antara perasaan?
Mencari kata yang tersesat dalam keheningan.

Setiap kalimat yang kuucapkan terasa hampa,
Tak ada kata yang cukup untuk menggambarkan,
Perasaan yang mengalir tanpa arah,
Hingga kata yang tersesat itu kembali,
Menemukan jalannya dalam aliran hati.

Kadang aku merasa kata itu sudah hilang,
Tersapu oleh arus kehidupan yang keras,
Namun ada bisikan yang menyemangati,
Kata itu akan kembali suatu saat,
Mencari jalannya dalam kebeningan.

Tak jarang aku berpikir, apakah kata itu,
Hanya ilusi yang tercipta dalam lamunan,
Ataukah memang benar ia tersesat?
Namun hatiku selalu menginginkan,
Kata yang hilang itu untuk kembali pulang.

Seiring waktu, aku belajar satu hal,
Kata yang tersesat tak selamanya hilang,
Ia hanya menunggu saat yang tepat,
Untuk keluar dan merangkai makna,
Menjadi jembatan antara hati dan pikiran.

Dalam keheningan malam yang penuh misteri,
Kata itu perlahan mulai muncul kembali,
Menyusuri jejak-jejak yang pernah ada,
Menemukan tempatnya di dalam kalimat,
Mengisi ruang yang dulu kosong.

Aku tak lagi mencari dengan terburu-buru,
Karena aku tahu, kata itu akan datang,
Tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan,
Ia akan kembali, tak tersesat lagi,
Mengisi ruang yang sudah menunggu.

Mungkin aku salah mengira, kata itu hilang,
Padahal ia hanya sedang bersembunyi,
Di balik rasa yang belum terungkapkan,
Tersesat dalam perjalanan panjang,
Namun akhirnya menemui jalan pulang.

Di setiap detik yang berlalu, aku menunggu,
Kata itu akan kembali, seiring dengan waktu,
Tak ada yang hilang selamanya,
Semua akan kembali pada tempatnya,
Mencari kata yang tersesat, kini telah selesai.

Kini aku tahu, kata yang tersesat itu,
Bukan hilang, hanya menunggu saat,
Untuk kembali pada tempatnya yang benar,
Membawa kebenaran yang telah lama dinanti,
Kata itu kembali, menemukan jalan pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun