Di tengah malam yang sepi, kata itu hilang,
Tersesat dalam rindu yang tak terungkapkan,
Angin menyusuri setiap lorong pikiranku,
Menunggu kata yang lupa pulang,
Hilang dalam perjalanan waktu yang panjang.
Kata yang dulu sering terucap dengan mudah,
Kini tersembunyi di balik senyum yang rapuh,
Setiap kalimat mencari tempatnya,
Namun tersesat di antara keraguan,
Meninggalkan hati yang menanti penjelasan.
Di balik setiap larik dan untaian doa,
Kata itu terperangkap dalam keheningan,
Mencari jalannya di dalam kekosongan,
Hati yang terpecah tak tahu arah,
Menunggu kata yang tersesat kembali pulang.
Lalu aku bertanya pada bintang malam,
Apakah mereka melihat kata yang hilang itu?
Mereka hanya diam, tak memberi jawab,
Namun aku tahu, kata itu masih ada,
Tersesat, menunggu waktunya untuk muncul.
Kadang kata itu terperangkap dalam jiwa,
Terlalu banyak beban yang mengurungnya,
Tak bisa mengalir seperti dulu lagi,
Tersesat dalam hutan pikiran yang ruwet,
Berjuang untuk keluar, mencari kebebasan.
Aku mencarinya di antara bayang-bayang,
Di setiap sudut ruang yang sunyi,
Kata yang pernah ada kini melayang,
Tersesat di antara kenangan yang tak pasti,
Aku terus mencari, meski lelah menghampiri.
Bahkan dalam kesunyian yang mendalam,
Kata-kata tetap terpendam dalam hati,
Tak terucap, tak terjamah,
Hanya tersesat di antara keinginan,
Menunggu agar kembali kepada pemiliknya.
Di antara gemuruh dunia yang sibuk,
Kata itu hilang dalam hiruk-pikuk,
Namun dalam kesendirian, aku yakin,
Ia masih ada, tersesat di dalam diri,
Menunggu momen untuk ditemukan kembali.
Aku menyusuri setiap lorong ingatan,
Tapi kata itu tak kunjung muncul,
Adakah ia bersembunyi di balik waktu?
Ataukah ia terjatuh di antara perasaan?
Mencari kata yang tersesat dalam keheningan.
Setiap kalimat yang kuucapkan terasa hampa,
Tak ada kata yang cukup untuk menggambarkan,
Perasaan yang mengalir tanpa arah,
Hingga kata yang tersesat itu kembali,
Menemukan jalannya dalam aliran hati.