Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Hampir Terperdaya

28 Desember 2024   22:21 Diperbarui: 28 Desember 2024   23:38 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sering bersyukur (Okezone Lifestyle)

Aku Hampir Terperdaya

Di balik gemerlap lampu yang memabukkan jiwa,
Kilau dunia seolah menjanjikan segalanya,
Aku terpesona, hampir melangkah lebih jauh,
Mengira di sanalah kebahagiaan sejati bertemu,
Namun ternyata, hanya bayangan semu tanpa makna,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau buka mataku.

Kekayaan dan kemewahan menyilaukan pandang,
Seperti sirine yang memanggil tanpa henti,
Aku hampir tenggelam dalam mimpi kosong,
Mengira segalanya bisa dibeli dengan harta,
Padahal jiwaku tetap hampa dan kosong,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau sadarkan aku.

Ambisi menyala bagai api yang melahap,
Aku berlari tanpa melihat arah yang benar,
Hampir semua kuabaikan demi mimpi semata,
Mengira tak ada yang lebih penting dari itu,
Namun Kau tunjukkan kehampaan yang mengintai,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau ingatkan aku.

Nikmat dunia membuai dalam kenikmatan palsu,
Hampir aku terlena hingga lupa segalanya,
Mengira kebahagiaan sejati ada di sana,
Namun gelap hati menyapa tanpa disadari,
Dan Kau tunjukkan jalan menuju terang abadi,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau tuntun langkahku.

Pujian manusia menjadi candu tak terkendali,
Aku hampir hidup demi penghormatan fana,
Mengira cinta sejati berasal dari tepuk tangan,
Namun sepi menyergap di balik gemuruh itu,
Dan Kau hadir, menunjukkan arti cinta yang sejati,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau selamatkan aku.

Kesombongan menyelinap, merasuk jiwa pelan,
Hampir aku merasa lebih dari semua manusia,
Mengira aku tak butuh siapa pun di dunia ini,
Namun Kau hadirkan cobaan untuk menundukkanku,
Dan aku sadar betapa kecil diriku di hadapanMu,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau redam egoku.

Ketidakpuasan melahap kedamaian di dada,
Aku hampir kehilangan arti syukur dalam hidup,
Mengira selalu kurang dan tak cukup segalanya,
Namun Kau tunjukkan keindahan dalam kesederhanaan,
Dan aku belajar mensyukuri setiap detik hidupku,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau beri hikmah.

Cinta dunia membutakan mata hatiku perlahan,
Hampir aku mengorbankan yang abadi untuk yang fana,
Mengira aku bisa mengendalikan segalanya,
Namun Kau patahkan rencana yang sia-sia,
Dan Kau tunjukkan kehendakMu yang jauh lebih bijak,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau peringatkan aku.

Kehilangan arah hampir menjadi takdirku,
Aku berjalan tanpa kompas menuju kehampaan,
Mengira aku tahu tujuan akhir hidupku,
Namun Kau hadirkan cobaan yang membukakan mata,
Dan Kau arahkan kembali langkahku menujuMu,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau tuntun jalanku.

Waktu berlalu, meninggalkan jejak yang fana,
Aku hampir terjebak dalam siklus tanpa makna,
Mengira esok selalu ada untuk memperbaiki,
Namun Kau ingatkan bahwa waktu adalah milikMu,
Dan aku belajar menghargai setiap kesempatan hidup,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau ajarkan aku.

Kekuasaan hampir mengubah hatiku menjadi batu,
Aku hampir lupa bahwa semua hanyalah titipan,
Mengira aku bisa bertahan tanpa kehadiranMu,
Namun Kau runtuhkan egoku dalam sekejap,
Dan aku belajar bahwa kekuasaan sejati hanya milikMu,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau lindungi jiwaku.

Kebanggaan diri hampir membuatku lupa daratan,
Aku hampir menepikan rendah hati dari hidupku,
Mengira aku bisa berdiri sendiri tanpa siapa pun,
Namun Kau ajarkan makna saling menopang,
Dan aku temukan kebahagiaan dalam memberi,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau jaga hatiku.

Kesedihan hampir menenggelamkan semangatku,
Aku hampir lupa bahwa badai selalu berlalu,
Mengira diriku tak mampu bangkit dari keterpurukan,
Namun Kau hadir dengan harapan yang membakar jiwa,
Dan aku temukan kekuatan baru untuk melangkah,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau bangkitkan aku.

Dunia ini hampir memalingkan wajahku dariMu,
Aku hampir melupakan akhir dari segalanya,
Mengira hidup hanya tentang kesenangan sementara,
Namun Kau tegaskan tujuan yang sejati,
Dan aku temukan kembali makna dari keberadaan,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau perlihatkan kebenaran.

Harta, tahta, dan pujian hampir membuatku buta,
Aku hampir lupa hakikat hidup yang sesungguhnya,
Mengira semuanya akan abadi di sisiku,
Namun Kau ajarkan makna ketergantungan padaMu,
Dan aku sadar bahwa Engkaulah pemilik segalanya,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau selamatkan imanku.

Keserakahan hampir memakan kemanusiaanku,
Aku hampir melupakan arti berbagi dalam hidup,
Mengira semuanya harus kumiliki tanpa batas,
Namun Kau ingatkan arti kebahagiaan dalam memberi,
Dan aku temukan kedamaian dalam melepaskan,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau pelihara hatiku.

Keinginan duniawi hampir menghancurkan ketenangan,
Aku hampir kehilangan arah menuju surgaMu,
Mengira aku bisa menunda pertaubatan,
Namun Kau hadirkan peringatan dalam keheningan,
Dan aku kembali bersimpuh dalam doa dan harap,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau ampuni khilafku.

Keangkuhan hampir menjauhkan diriku dari kasihMu,
Aku hampir menolak tunduk pada kehendakMu,
Mengira aku lebih tahu jalan hidup yang terbaik,
Namun Kau tunjukkan kebesaranMu yang tak terbantahkan,
Dan aku takluk dalam keagungan namaMu,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau luluhkan egoku.

Keberhasilan dunia hampir menjeratku dalam dosa,
Aku hampir merasa segalanya hasil usahaku sendiri,
Mengira tak ada ruang bagi anugerahMu,
Namun Kau bukakan hatiku dengan kerendahan,
Dan aku belajar arti syukur dalam setiap pencapaian,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau tuntun hatiku.

Di tengah godaan dunia yang menggoda tak henti,
Aku hampir hilang dalam hiruk pikuk yang memabukkan,
Namun Kau panggil namaku kembali kepadaMu,
Dan aku temukan damai yang tak tergantikan,
Kehidupan sejati ada dalam dekapan kasihMu,
Syukur padaMu ya Tuhan karena Kau adalah sandaranku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun