Langit kusam menyapu hari,
Angin menggiring bayang-bayang sunyi,
Kenangan pahit terurai di tepi,
Seperti hujan mengguyur tanpa henti,
Membasuh luka yang tak kunjung pergi.
Di kalender yang kian renta,
Jejak waktu terpatri lara,
Hari-hari berlumur air mata,
Menggenggam asa yang nyaris sirna,
Dalam kabut kelam, aku tersesat di sana.
Musim datang, membawa dingin tak bersapa,
Daun gugur, seperti janji yang patah,
Aku memungut serpih demi serpih cerita,
Namun mereka hanya pecahan kaca,
Menusuk jemari tanpa daya.
Di antara malam yang menggigil,
Bintang-bintang pun enggan menyusul,
Kegelapan menjadi selimut gentar,
Menyelubungi hati yang kian pudar,
Seperti lilin yang lelah berkobar.
Masa lalu adalah lorong panjang,
Penuh bisikan dari jiwa yang malang,
Mencoba berjalan, tapi terus tertahan,
Oleh kenangan yang menjerat diam-diam,
Dalam hening, aku belajar bertahan.
Namun waktu adalah roda yang berputar,
Ia tak peduli meski hati tersandar,
Memaksaku bangkit dari bayang samar,
Meninggalkan jejak di jalan yang kasar,
Dan melangkah walau gemetar.
Aku melihat mentari di ufuk baru,
Menghapus kelabu dengan sinar malu-malu,
Seolah berbisik, "Bergegaslah menuju,"
Sebab tahun ini telah berlalu,
Tinggalkan pedih di masa lalu.
Langkah kecil menjadi saksi,
Bahwa aku pernah berdiri di tepi,
Menghitung mimpi yang nyaris mati,
Namun hatiku berteriak dalam sunyi,
Bahwa aku belum selesai di sini.
Dari reruntuhan, aku membangun harapan,
Seperti tunas kecil di musim hujan,
Menggenggam hidup dalam kesendirian,
Meski badai datang tanpa peringatan,
Aku tetap memeluk keabadian.
Biarlah tahun lama menjadi kenangan,
Tinggal dalam bingkai tanpa perlawanan,
Aku tak lagi takut pada kehampaan,
Karena hati ini menemukan tujuan,
Di tahun baru, aku temukan keberanian.
Waktu mengalir seperti sungai tak bertepi,
Membawa pergi semua duka yang merintih,
Aku berdiri di sini, sendiri tapi gigih,
Menatap masa depan dengan hati bersih,
Melepaskan gelap yang pernah membebani.
Di bawah rembulan, aku berjanji,
Pada diriku yang dulu nyaris mati,
Bahwa takkan lagi tenggelam dalam sunyi,
Aku akan menyulam luka menjadi harmoni,
Dan mengubah harapan menjadi energi.
Setiap jejak di masa lalu,
Hanya serpihan waktu yang berlalu,
Membawa pelajaran dari pilu,
Bahwa hidup selalu menuntun baru,
Menuju jalan penuh cahaya itu.
Tahun baru adalah kanvas putih,
Di mana mimpi dilukis dengan gigih,
Tak ada lagi tempat untuk sedih,
Aku belajar dari masa yang letih,
Bahwa cinta pada hidup tak pernah berakhir.
Pada detik yang mengantarku pergi,
Aku titipkan semua luka dan perih,
Biarkan mereka larut dalam sunyi,
Karena kini aku melangkah pasti,
Menjemput hari dengan hati suci.
Tahun ini mungkin penuh badai,
Namun aku tetap menjadi pelaut tangguh,
Menemukan arah meski kapal rapuh,
Karena di ujung samudra yang jauh,
Ada dermaga tempat hatiku berteduh.
Malam ini, aku ucapkan selamat tinggal,
Pada tangisan dan rasa yang mengental,
Aku belajar mencintai bahkan saat gagal,
Karena setiap langkah, betapapun perlahan,
Membawaku menuju kemenangan yang kekal.
Langit malam tak lagi kelam,
Aku melihat bintang melukis harapan,
Setiap pijarnya adalah pertanda damai,
Menyusuri tahun baru yang menjanjikan,
Dengan cinta dan keyakinan.
Jejak luka kini memudar perlahan,
Hanya menjadi cerita dalam kenangan,
Aku menatap tahun baru dengan kebebasan,
Membiarkan hati tumbuh dalam kebenaran,
Dan hidup menjadi lebih bermakna.
Di ujung tahun, aku temukan diri,
Seperti matahari yang lahir kembali,
Menjanjikan hangat pada setiap hari,
Meninggalkan pedih tanpa nostalgia,
Melangkah pasti, menyambut bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H