Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Nangis Nak, Natal Kali ini Tak ada Kue dan Baju Baru untuk Kalian

22 Desember 2024   11:01 Diperbarui: 22 Desember 2024   17:02 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi natal keluarga (dibuat memakai DALL-E AI)

Jangan Nangis Nak, Natal Kali ini Tak ada Kue dan Baju Baru untuk Kalian

Natal kali ini memang terasa berbeda. Tidak ada sorak-sorai di rumahku, tidak ada aroma kue yang biasa mengisi sudut-sudut ruangan. Dua gadis kecilku menatapku dengan mata penuh harap, tetapi aku tahu, tidak ada baju baru untuk mereka kali ini. Di sisi lain, ibuku duduk di kursi tua, tersenyum lembut, seolah-olah tahu betapa hancurnya hatiku.

Saat malam tiba, suasana terasa hening. Tidak ada gemerlap pohon Natal di ruang tengah. Tetapi, aku sadar, Natal bukanlah tentang kemewahan. Natal adalah tentang kasih, tentang cahaya yang datang di tengah kegelapan.

Ingatanku melayang ke Betlehem. Bukankah Yesus lahir di kandang domba yang sederhana? Tidak ada istana, tidak ada kemegahan, hanya sebuah palungan dan kain lampin yang membungkus-Nya. Tetapi itulah momen yang mengubah dunia selamanya.

Aku duduk di tepi ranjang, memandang dua gadis kecilku yang tertidur. Dalam hati, aku berdoa, "Tuhan, berikan aku kekuatan. Biarkan aku tetap bersyukur meski dalam kekurangan."

 Di dalam kesunyian, aku merasa damai kecil menyusup ke dalam hatiku. Natal bukanlah tentang apa yang bisa kuberikan, tetapi tentang apa yang sudah diberikan Tuhan kepadaku.

 Aku melihat wajah ibuku yang penuh dengan kerutan. Ia telah melewati banyak Natal yang sulit, tetapi tetap bertahan dengan senyum yang sama. Ia adalah pengingat bahwa kasih dan iman jauh lebih berharga daripada hadiah.

 Ketika malam semakin larut, aku merasakan kehadiran Tuhan yang lembut. Ia seakan berbisik, "Anakku, Aku hadir di tengah kekuranganmu. Jangan takut."

Aku pun mengambil Alkitab dan membaca kisah kelahiran Yesus. Setiap kata memberikan kekuatan baru. "Damai sejahtera bagi manusia yang berkenan kepada-Nya," aku mengulanginya dalam hati.

Aku memutuskan untuk mengajak anak-anakku dan ibuku berkumpul di ruang tengah. Tidak ada pohon Natal, tetapi kami memiliki nyala lilin kecil yang menerangi ruangan.

Aku berkata kepada mereka, "Natal bukanlah tentang apa yang kita miliki. Natal adalah tentang cinta yang Tuhan tunjukkan melalui kelahiran Yesus."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun