Natal, Allah yang Datang Melayani
Natal adalah sebuah momen di mana Allah pribadi yang maha tinggi  menunjukkan kasih-Nya yang tak terhingga dengan datang ke dunia menemui kita Umat-nya. Dalam kerendahan hati-Nya, Dia memilih untuk tinggal di tengah-tengah umat manusia yang terhilang, membawa harapan baru bagi mereka yang terperosok dalam kegelapan dosa. Melalui kelahiran-Nya, Allah mengajak setiap jiwa untuk kembali menemukan jalan menuju-Nya, untuk merasakan damai yang hanya bisa ditemukan dalam kasih-Nya yang abadi. Natal bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang pengingat bahwa dalam setiap langkah kita, Allah selalu hadir, menyinari jalan yang benar dengan cinta dan pengampunan-Nya.
Kasih yang Ditolak
Dia tahu kita lemah dan rapuh, namun kita sering terlalu sombong dan tidak menyadari betapa besar kasih-Nya. Setiap langkah kita penuh dengan kegelisahan, setiap pilihan kita dibayangi ketidakpastian. Namun, kita tetap menutup mata terhadap tangan-Nya yang senantiasa terbuka. Kita merasa cukup dengan kekuatan kita sendiri, padahal sebenarnya kita tak lebih dari debu yang lemah di hadapan-Nya.
Dia ingin agar kita hidup bahagia, namun kita memilih untuk hidup dalam sengsara. Keserakahan, kebencian, dan dendam seringkali menjadi pilihan kita, seolah itu memberi makna bagi hidup kita. Dalam kesesakan itu, kita lupa bahwa kebahagiaan sejati tak terletak pada apa yang kita miliki, tetapi pada bagaimana kita hidup dalam kasih dan kedamaian yang Dia tawarkan.
Dia tidak ingin kita jatuh, tapi kita terjun ke lembah nestapa. Dengan hati yang penuh dengan ego dan kesombongan, kita mengabaikan peringatan-Nya yang lembut. Dia memberikan kita kesempatan untuk bangkit, tetapi kita malah mengubur diri dalam keputusasaan yang kita ciptakan sendiri. Setiap langkah menuju kehancuran adalah pilihan kita sendiri, meski Dia selalu ada, mengulurkan tangan untuk menyelamatkan.
Dia ingin mengangkat kita dari pahitnya hidup, tapi kita memilih untuk turun ke kubangan derita. Ada kesempatan untuk hidup dalam kasih dan pengampunan, tetapi kita terjebak dalam kebencian yang menggerogoti jiwa. Kita terikat oleh masa lalu yang kelam, dan dengan itulah kita menolak tawaran kehidupan yang penuh harapan.
Dia memanggil kita ke hidup tanpa beban, tapi kita memilih untuk hidup penuh masalah. Dengan segala kerumitan dunia yang kita ciptakan sendiri, kita tidak mampu mendengar panggilan-Nya. Kita terjebak dalam ilusi kebahagiaan yang sementara, dan menolak kedamaian yang kekal. Keinginan kita akan kontrol dan penguasaan sering menghalangi kita dari jalan yang Dia siapkan.
Dia datang karena prihatin atas hidup kita, tapi kita menyambut-Nya dengan pesta pora. Padahal Dia datang bukan untuk dipuja, tetapi untuk membawa keselamatan. Namun, kita lebih suka sibuk dengan dunia kita yang fana, terbuai dalam kemewahan dan kenikmatan sesaat. Hari-hari Natal yang seharusnya menjadi momen refleksi malah menjadi panggung untuk hiburan yang kosong.
Dalam damai Natal, Dia tidak pernah jemu menunggu kita untuk kembali ke jalan-Nya. Meskipun kita sering kali menjauh, meskipun kita sering kali berpaling, kasih-Nya tetap tidak berubah. Dalam setiap detik yang berlalu, Dia menunggu kita dengan sabar, memeluk kita dengan kasih yang tak bersyarat. Natal mengingatkan kita bahwa tak ada tempat yang lebih aman selain dalam pelukan-Nya, tak ada damai yang lebih abadi selain dari-Nya.
Namun, berapa banyak dari kita yang benar-benar membuka hati untuk menerima-Nya? Betapa seringnya kita menutup pintu hati dan lebih memilih hidup dalam keraguan, ketakutan, dan kebingungan. Kita sibuk dengan hiruk-pikuk dunia ini, padahal Dia datang untuk menawarkan ketenangan yang sejati. Natal adalah ajakan untuk kembali, tetapi sering kali kita menolaknya.