Malam bergulir, membawa rasa damai,
membisikkan kisah tentang asa yang tak surai.
Aku paham, penat ini bukanlah akhir,
tapi jeda, untuk merajut mimpi yang lebih mahir.
Penat adalah sunyi yang tak dapat dibagi,
seperti ombak yang tak pernah berhenti.
Ia datang tanpa janji,
dan pergi meninggalkan jejak tak kasat di hati.
Kadang, ia menyusup di sela tawa,
mengendap dalam riuh dunia.
Diam-diam menggurat luka,
namun memberi ruang untuk mengenal makna.
Dalam penat, kita temukan diri,
bersama lelah yang berbisik lirih.
Ia mengajarkan kita berdamai,
bahwa kekuatan tak selalu tentang menang melawan badai.
Penat bukan musuh yang harus dibenci,
melainkan teman yang mengajak berhenti.
Sejenak merenungi arti dari perjalanan ini,
agar esok langkah menjadi lebih berarti.
Kini aku berdiri di ujung sepi,
melihat cakrawala yang mulai bersemi.
Sadar bahwa penat adalah bagian dari diri,
yang menguatkan langkah menuju esok hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H