Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cakrawala Jiwa

12 Desember 2024   02:05 Diperbarui: 13 Desember 2024   12:45 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 23 Koleksi Rudi Sinaba, dibuat memakai DALL-E OpenAI

Cakrawala Jiwa

Pada langit jiwa, terhampar luas,
Mimpi-mimpi liar yang tak terbalas.
Di ujung cakrawala, harapan mengemas,
Langkah-langkah kecil yang kian tegas.

Luas tanpa batas, jiwa bertanya,
Di mana makna, di mana saksinya?
Sebuah perahu kecil menembus gelora,
Berlabuh pada dermaga asa.

Hening malam bisikkan rahasia,
Bahwa dalam jiwa, Tuhan bertahta.
Namun, adakah jiwa yang tahu pasti,
Arus mana yang lurus, yang tersembunyi?

Di cakrawala jiwa, gelombang berlarian,
Mengguncang batas antara mimpi dan kenyataan.
Di mana pelangi itu akhirnya bermuara,
Dalam hati manusia yang terus memuja.

Tiupan angin, lembut namun keras,
Menyuarakan rindu yang tak pernah lepas.
Pada semesta, jiwa belajar menilai,
Bahwa luka pun adalah pelajaran yang indah.

Cakrawala jiwa menuntun langkah,
Melintasi padang pasir dan lembah.
Kekosongan menjadi sahabat setia,
Dalam sepi, jiwa temukan cinta.

Di antara bintang, jiwa melayang,
Menanti takdir yang entah datang.
Namun jiwa tak gentar, tetap bersinar,
Mencari arti dalam hidup yang samar.

Cakrawala jiwa, samudra kehidupan,
Kadang gelap, kadang bercahaya terang.
Namun pada akhirnya semua kembali,
Pada hati yang ikhlas menerima hakiki.

Di cakrawala jiwa, bayangan berpencar,   Menggurat waktu, menorehkan sadar.  Bahwa hidup hanyalah sementara,         Namun makna kekal terukir di sana.

Seperti angin yang berbisik lembut,
Menggetarkan dedaunan hati yang surut.
Jiwa merintih, meniti kesunyian,
Dalam bisik doa yang penuh harapan.

Laut jiwa menampung duka,
Namun tak hilang asa yang menyala.
Sebab di balik gelombang yang menggulung,
Ada tenang menanti, ada pelukan agung.

Cakrawala jiwa, cermin semesta,
Menuntun tanya pada siapa dan mengapa.
Adakah jawab di batas nirwana?
Ataukah hanya gema tanpa makna?

Jiwa menari dalam tarian takdir,
Kadang tersandung, kadang terpikir.
Namun langkah tak pernah terhenti,
Sebab keyakinan adalah sang mentari.

Di ujung cakrawala, jiwa menengadah,
Memandang langit, merasakan megah.
Bahwa hidup ini, meski berliku,
Adalah anugerah yang selalu dirindu.

Dan ketika hari akhirnya pudar,
Cakrawala jiwa pun tetap bersinar.
Ia melampaui batas ruang dan waktu,
Menyatu dengan yang abadi, yang satu.

Cakrawala jiwa, ruang jiwa manusia,
Mengajari kita arti kesetiaan dan cinta.
Bahwa dalam kedalaman yang tak terukur,
Ada cahaya yang abadi, tak pernah kabur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun