Aku menyadari bahwa tersungkur di kaki langit bukanlah sekadar simbol kerendahan hati, tetapi juga sebuah pengakuan bahwa aku hanyalah hamba yang hidup dalam skenario yang telah ditulis oleh Tuhan. Di tempat ini, aku belajar arti pasrah, bukan menyerah, tetapi mempercayakan hidup kepada kehendak-Nya. Aku menyerahkan segala beban yang kupikul, segala ambisi yang tak tercapai, dan segala kesalahan yang pernah kulakukan. Dan di sana, aku merasa bebas. Angin pagi yang lembut menyapu wajahku seperti doa yang tak terucap, mengantarkanku kepada keheningan jiwa yang tulus. Di hadapan kaki langit ini, aku tak lagi merasa kehilangan apa pun, sebab aku telah menemukan Tuhan yang selalu hadir, bahkan dalam kejatuhanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H