Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diantara Dusta dan Nestapa

10 Desember 2024   21:34 Diperbarui: 11 Desember 2024   17:47 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Abstrak, Koleksi Rudi Sinaba, dibuat memakai DALL-E OpenAI

Dusta menawarkan pelarian yang menggoda,
Namun aku tahu di baliknya ada jurang dosa.
Nestapa memelukku erat, mengajak berdamai,
Namun aku enggan menyerah pada kesakitan,
Karena di dalam jiwa, masih ada sisa nyala.

 Langit mulai berwarna merah darah,
Seperti mencerminkan perang dalam batinku.
Dusta dan nestapa beradu dalam kebisingan,
Menyayat setiap sisi jiwaku yang rentan,
Hingga aku nyaris tak mengenali diriku sendiri.

Di antara kabut, ada cahaya yang redup,
Mengundang langkahku meski aku gemetar.
Cahaya itu berbisik dengan lembut,
"Mungkin di ujung jalan ini ada jawaban,"
Namun aku takut, karena harapanku rapuh.

 Dusta menarikku kembali dengan janji,
Sementara nestapa menjerat dengan pilu.
Aku terombang-ambing di antara keduanya,
Seperti kapal tanpa kompas di lautan gelap,
Mencari daratan yang mungkin tak pernah ada.

Dalam kehancuran, aku mendengar suara kecil,
Berbisik dari hatiku yang hampir mati.
"Kamu masih hidup, itu sudah cukup,"
Ia berkata, meski suaranya hampir tenggelam,
Dan aku mencoba memercayainya, walau sulit.

Aku mulai merangkak, meski tubuhku berat,
Meninggalkan dusta dan nestapa di belakang.
Namun keduanya tetap mengintai di bayangan,
Seolah mereka tahu aku tak akan benar-benar bebas,
Karena mereka adalah bagian dari diriku.

Langit akhirnya memudar menjadi jingga,
Dan aku melihat bunga kecil tumbuh di pasir.
Ia tampak rapuh, namun penuh kehidupan,
Mengajarkanku arti dari bertahan,
Bahwa keindahan bisa lahir dari kesakitan.

Dusta dan nestapa memudar di kejauhan,
Meski aku tahu mereka tak pernah benar-benar hilang.
Namun kini aku memiliki cahaya kecil di hati,
Yang membimbingku melewati jalan yang sulit,
Menuju harapan yang sebelumnya tak kulihat.

Di antara dusta dan nestapa, aku menemukan,
Bahwa kekuatan sejati ada dalam penerimaan.
Bukan untuk menyerah, namun untuk berdamai,
Dengan luka yang pernah melukai jiwa,
Dan dengan kenyataan yang tak selalu sempurna.

Kini aku melangkah dengan hati yang baru,
Masih berat, namun ada cahaya di jalanku.
Dusta dan nestapa mungkin akan kembali,
Namun aku tahu aku bisa bertahan,
Karena di dalam diriku, ada keberanian yang hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun