Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bingkai Retak

1 Desember 2024   20:54 Diperbarui: 1 Desember 2024   21:27 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bingkai foto kaca (Pixabay)

Bingkai Retak

Di dinding sepi sebuah cerita,
Tergantung bingkai tua penuh luka,
Gambarnya pudar, wajah tak lagi nyata,
Hanya kenangan, membisikkan duka.

Di sela retak, bayangan tersisa,
Serpihan waktu mengiris jiwa,
Mengapa harapan dahulu begitu nyata,
Kini terbang entah kemana.

Bingkai itu, saksi bisu malam panjang,
Di mana cinta bertemu bayang-bayang,
Namun retakan kecil mulai datang,
Merusak janji, meretakkan sayang.

Kaca pecah, memantulkan sisa rasa,
Menyeruak ingatan tentang asa,
Waktu berlalu tanpa jeda,
Mengubur mimpi dalam nestapa.

Retak di bingkai, serupa hati,
Menyimpan luka, tak kunjung mati,
Setiap guratan menjadi saksi,
Tenggelamnya kisah di sunyi.

Dulu cinta serupa mentari pagi,
Menghangatkan jiwa yang berlari,
Kini redup, dingin tak bertepi,
Meninggalkan ruang kosong dalam diri.

Apa yang hilang dari gambar itu?
Warna cerah yang tak lagi satu,
Waktu melukis ulang dengan pilu,
Menghapus kisah cinta dahulu.

Bingkai retak, tak bisa diperbaiki,
Namun kisahnya tetap terpatri,
Menjadi pelajaran di dalam hati,
Bahwa segalanya tak abadi.

Di balik retak, sinar kecil mengintip,
Menggugah jiwa untuk tetap hidup,
Meski luka terus merayap,
Ada harapan, takkan meredup.

Bingkai tua, kau tetap di sana,
Menggenggam cerita, melawan fana,
Retakmu, simbol perjalanan fana,
Mengajarkan arti menerima.

Kini aku berdiri di hadapanmu,
Menatap retak sebagai guru,
Mengajarkan jiwa tuk selalu maju,
Meski rapuh, tetap berpadu.

Kita semua adalah bingkai retak,
Menyimpan kisah, tak semua utuh,
Namun di balik luka, tetap bijak,
Menyusuri hidup walau tak runtut.

Bingkai tua, tetaplah di situ,
Jangan kau jatuh, pecah tanpa sisa,
Sebab retakmu, adalah penentu,
Bahwa luka bisa menjadi puisi kita.

Hingga waktu akhirnya berhenti,
Aku akan mengenang retak ini,
Sebagai tanda hidup pernah berarti,
Meski tak sempurna, tetap abadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun