8. Utopis dan Tidak Realistis
 Gagasan masyarakat tanpa kelas dianggap utopis karena mengabaikan sifat manusia yang cenderung kompetitif dan individualistis.
 Isaiah Berlin dalam Two Concepts of Liberty menyoroti bahwa utopia Marx sering kali mengorbankan kebebasan individu untuk mencapai kesetaraan kolektif.
Evolutionary Psychology menunjukkan bahwa sifat kompetitif manusia memiliki dasar biologis, membuat gagasan masyarakat tanpa konflik menjadi kurang realistis.
9. Â Kurangnya Mekanisme Transisi
Penjelasan: Marx tidak menawarkan panduan konkret tentang bagaimana transisi dari kapitalisme ke komunisme dapat terjadi tanpa kekerasan atau ketidakstabilan.
Lenin dalam State and Revolution mencoba mengisi kekosongan ini dengan teori dictatorship of the proletariat, tetapi ini malah menghasilkan kritik lebih lanjut tentang potensi otoritarianisme.
Game Theory menunjukkan bahwa transisi damai membutuhkan mekanisme insentif yang adil bagi semua pihak, sesuatu yang kurang dibahas oleh Marx.
10. Ketergantungan pada Revolusi
Marx terlalu menekankan pentingnya revolusi untuk menciptakan perubahan sosial, tetapi revolusi sering kali menghasilkan konflik berkepanjangan dan ketidakstabilan.
Hannah Arendt dalam On Revolution menyoroti bahwa revolusi cenderung gagal mencapai tujuan idealnya karena sering kali dikooptasi oleh kekuatan baru yang represif.