Socrates percaya bahwa pertanyaan adalah alat terbaik untuk mengungkap kebenaran. Dengan mempertanyakan argumen---baik milik sendiri maupun orang lain---Anda bisa menemukan lubang dalam logika sebelum orang lain melakukannya.
Contoh:
Jika seseorang berkata, "Semua orang sukses bangun pagi, jadi bangun pagi adalah kunci kesuksesan," tanyakan:
Apakah semua orang sukses bangun pagi?
Apakah bangun pagi satu-satunya faktor kesuksesan?
Apakah ada orang yang sukses meski tidak bangun pagi?
Melalui analisis kritis seperti ini, Anda bisa membantu diskusi tetap rasional dan berbobot.
7. Berargumen Secara Etis
Logika yang baik harus didukung oleh etika. Filsuf Immanuel Kant menekankan pentingnya kejujuran dalam komunikasi. Berargumen secara manipulatif, seperti menggunakan emosi (appeal to emotion) atau menyalahgunakan otoritas (appeal to authority), mungkin efektif dalam jangka pendek, tetapi pada akhirnya melemahkan integritas Anda.
Contoh :
Dalam kampanye sosial, mengandalkan video yang terlalu emosional tanpa data konkret mungkin bisa menggerakkan audiens, tetapi tidak akan meyakinkan mereka yang kritis.