Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketika Senja Berdusta

18 November 2024   21:31 Diperbarui: 18 November 2024   21:39 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Senja Berdusta

Langit memerah di ufuk barat,
Tersenyum lembut, mengundang decak,
Namun ada rahasia yang ia sembunyikan,
Di balik bias cahaya yang pekat.

Warna jingga melukis horizon,
Seperti kisah cinta yang memudar,
Mengapa indah di awal malam,
Jika ia tahu akan datang gelap?

Senja berdusta dengan keelokannya,
Mengajak hati untuk terlena,
Padahal di ujung cerita,
Hanya tersisa malam yang gulita.

Aku terbuai oleh bisikan angin,
Yang membawa harum kenangan silam,
Namun semuanya tak lebih dari ilusi,
Sekadar janji yang tak pernah ditepati.

Langit memerah bak api membara,
Tapi hatiku terasa beku dalam duka,
Senja, kau mengapa berbohong?
Menyelimuti luka dengan keindahan semu.

Waktu berlari, membawa petang,
Meninggalkan harapan yang usang,
Senja, kenapa kau terus berpura-pura?
Menggambarkan keindahan yang fana.

Awan tipis menari di cakrawala,
Menghapus jejak matahari yang tenggelam,
Namun, di balik tirai lembayung,
Ada dusta yang tersimpan rapi.

Aku menatapmu dalam sunyi,
Mencari jawaban di balik pesonamu,
Tapi senja hanya diam membisu,
Menyimpan rahasia di balik sinarnya.

Dusta yang indah, begitu kau hadir,
Menghipnotis jiwa yang haus akan harapan,
Namun, malam segera tiba,
Menyadarkan aku dari mimpi yang kelam.

Senja, kau datang penuh tipu daya,
Membawa tenang dalam kepalsuan,
Namun saat gelap merambat cepat,
Baru kutahu aku ditinggalkan.

Keindahan yang kau tawarkan,
Hanya sekilas sebelum hilang,
Senja, kau memang pembohong,
Membiarkan hati terhempas tanpa pegangan.

Aku mengira kau abadi,
Namun kau pergi tanpa kata pamit,
Menyisakan langit kelam tak bertepi,
Di mana angin bertiup hampa.
Senja, kau berjanji untuk kembali,

Namun setiap datang, kau selalu berdusta,
Kau bawa cahaya yang memudar,
Menipu siapa pun yang percaya.

Di akhir hari, aku sadar,
Bahwa senja hanya fatamorgana,
Menampakkan warna yang tak nyata,
Meninggalkan luka di hati yang setia.

Ketika senja berdusta lagi,
Aku tak akan lagi tertipu janji,
Karena di balik semua kemilau,
Ada kegelapan yang selalu menunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun