Langit memerah di ufuk barat,
Tersenyum lembut, mengundang decak,
Namun ada rahasia yang ia sembunyikan,
Di balik bias cahaya yang pekat.
Warna jingga melukis horizon,
Seperti kisah cinta yang memudar,
Mengapa indah di awal malam,
Jika ia tahu akan datang gelap?
Senja berdusta dengan keelokannya,
Mengajak hati untuk terlena,
Padahal di ujung cerita,
Hanya tersisa malam yang gulita.
Aku terbuai oleh bisikan angin,
Yang membawa harum kenangan silam,
Namun semuanya tak lebih dari ilusi,
Sekadar janji yang tak pernah ditepati.
Langit memerah bak api membara,
Tapi hatiku terasa beku dalam duka,
Senja, kau mengapa berbohong?
Menyelimuti luka dengan keindahan semu.
Waktu berlari, membawa petang,
Meninggalkan harapan yang usang,
Senja, kenapa kau terus berpura-pura?
Menggambarkan keindahan yang fana.
Awan tipis menari di cakrawala,
Menghapus jejak matahari yang tenggelam,
Namun, di balik tirai lembayung,
Ada dusta yang tersimpan rapi.
Aku menatapmu dalam sunyi,
Mencari jawaban di balik pesonamu,
Tapi senja hanya diam membisu,
Menyimpan rahasia di balik sinarnya.
Dusta yang indah, begitu kau hadir,
Menghipnotis jiwa yang haus akan harapan,
Namun, malam segera tiba,
Menyadarkan aku dari mimpi yang kelam.
Senja, kau datang penuh tipu daya,
Membawa tenang dalam kepalsuan,
Namun saat gelap merambat cepat,
Baru kutahu aku ditinggalkan.