Nasib
Bangsa "Not For Sale"Di tangan rakyat ada kekuatan besar, terlipat dalam selembar kertas suara. Kertas itu bukan sekadar benda mati yang tak bernilai, melainkan penentu nasib bangsa. Namun, dalam hiruk pikuk pesta demokrasi, suara yang seharusnya sakral kini sering dianggap murah. Suara rakyat seolah bisa dibeli dengan lembaran uang, melunturkan makna sejati dari hak pilih yang begitu mulia.
Para calon datang dengan janji manis, wajah tersenyum penuh pesona. Tapi di balik senyum itu, tersimpan niat tersembunyi. Uang menjadi senjata andalan, menyusup ke saku rakyat kecil yang terhimpit kemiskinan. Mereka mengira uang bisa membeli suara, seolah demokrasi hanyalah permainan pasar, di mana yang memiliki harta bisa menentukan nasib bangsa.
Ketika janji-janji mulai terdengar, ada yang berwujud bantuan dan sumbangan. Namun, semuanya hanyalah kedok, sekadar umpan bagi rakyat yang mudah tergoda. Politik uang menjadi senjata, mengelabui mata hati, merusak kepercayaan, dan mengikis harapan yang seharusnya suci.
Rakyat, di tengah segala kekurangan, harus berani menolak godaan. Suara mereka adalah suara kebenaran, tak ternilai oleh rupiah yang fana. Hak memilih adalah kekuatan untuk menentukan arah masa depan, bukan untuk ditukar dengan uang yang akan habis dalam sekejap.
Politik uang adalah racun yang merusak cita-cita besar bangsa. Harapan yang seharusnya menggebu kini hanya menjadi ilusi. Pemimpin palsu yang membeli suara rakyat, hanya akan membawa negeri ini pada kehancuran. Mereka yang berkuasa tanpa amanah akan sibuk memperkaya diri, meninggalkan janji yang mereka buat ketika berkampanye.
Saat suara rakyat terjual murah, hilang sudah makna sejati demokrasi. Mereka yang terpilih tanpa integritas hanya akan duduk di tahta, sibuk menambah kekayaan pribadi. Janji tinggal janji, yang tersisa hanyalah kepahitan bagi rakyat yang telah dikhianati.
Maka, kepada rakyat yang memiliki hak pilih, hargailah suara yang kau miliki. Tolak segala bentuk godaan rupiah, tolak janji-janji yang tak tulus. Suaramu adalah titipan untuk anak cucu, bagian dari warisan yang menentukan masa depan bangsa.
Suara rakyat harus lantang terdengar: "Nasib bangsa Not For Sale!" Suara itu harus menjadi tameng, menolak setiap bentuk korupsi yang terselubung. Pemimpin sejati lahir dari perjuangan tulus, bukan dari permainan uang yang kotor dan licik.
Tolak segala bujuk rayu yang datang menghampiri. Uang mungkin menawarkan solusi sesaat, tapi masa depan negeri dipertaruhkan. Pemimpin yang berjuang tanpa membeli suara adalah pemimpin yang sungguh peduli, mereka yang memiliki visi jauh ke depan dan hati yang bersih.
Di bilik suara, tempat yang seharusnya suci, jangan biarkan noda rupiah mengaburkan pilihanmu. Pilihlah dengan hati, pilihlah mereka yang berjiwa lurus. Jangan terjebak dalam kepalsuan kata dan senyum, sebab yang kita butuhkan adalah pemimpin yang sungguh berjuang demi rakyat.
Jika para calon pemimpin menawarkan harga, ingatlah, nasib bangsa yang kau genggam tidak bisa dibeli. Pilihanmu bukan sekadar angka di atas kertas, tapi harapan yang kau serahkan untuk masa depan yang lebih baik. Jangan gadaikan masa depan negeri hanya demi kepentingan pribadi.
Wahai para pemimpin, dengarkan suara hati rakyatmu. Jangan pernah menawarkan harga untuk kehormatan suara mereka. Kamu diamanahkan untuk memimpin dengan bijak, bukan untuk menggadaikan demokrasi dengan uang yang kotor. Jadilah pemimpin yang teguh dan berintegritas.
Suara rakyat adalah manifestasi dari keinginan akan perubahan. Demokrasi bukanlah pasar tempat suara diperjualbelikan. Ini adalah jalan menuju kebebasan dan keadilan, bukan ajang bagi para politisi untuk meraih kekuasaan dengan cara yang tidak jujur.
Mari kita jaga kehormatan bangsa bersama. Jangan biarkan demokrasi terkotori oleh politik uang. Ini adalah panggilan bagi setiap rakyat untuk berani berkata tidak, dan bagi para pemimpin untuk berjuang tanpa harus membeli suara. Masa depan Indonesia ada di tangan kita, dan hanya dengan kejujuran kita bisa mencapai cita-cita yang luhur.
Saat fajar mulai menyingsing, hadir godaan dalam bentuk rupiah yang berlembar-lembar. Mereka datang dengan senyum dan janji, menawarkan kilau uang sebagai tukaran atas suara kita. Namun ingatlah, di balik serangan fajar ini, ada transaksi yang menggadaikan hak demokrasi kita. Hak untuk memilih pemimpin yang layak, seharusnya tak dijual murah demi keuntungan sesaat.
Melawan serangan fajar berarti menjaga kehormatan hak pilih yang kita miliki. Pilihan yang jujur adalah suara hati, bukan hasil dari permainan politik uang. Ketika kita tegas menolak serangan fajar, kita menjaga masa depan bangsa dan harapan anak negeri. Demokrasi hanya akan berdiri kokoh jika didasari oleh kejujuran dan integritas, bukan oleh jual-beli suara yang merusak esensi hakikat kebebasan memilih.
Nasib bangsa ini bukan untuk dijual. Jangan pernah gadaikan masa depan negeri ini dengan uang yang tak berarti. Demi anak cucu kita, demi kehormatan bangsa, mari kita berdiri bersama. Rakyat dan pemimpin, bersatu dalam integritas, untuk membangun Indonesia yang lebih baik dan lebih adil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI