Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Percayalah, Puisi Tak Pernah Bohong

14 November 2024   21:46 Diperbarui: 15 November 2024   01:00 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percayalah, Puisi Tak Pernah Berdusta

Percayalah, puisi tak pernah berbohong,
Meski kata-kata tak tampak jelas bagimu,
Ia berbisik lembut dalam setiap larik,
Seperti hujan yang menetes di malam sunyi.

Puisi adalah cermin jiwa yang tulus,
Di dalamnya terpantul segala rasa,
Bukan sekadar rangkaian kata kosong,
Tapi suara hati yang mengalir tanpa henti.

Percayalah, puisi tak bisa berdusta,
Ia mengalir dari lubuk terdalam,
Menangis dalam diam, tertawa dalam kebisuan,
Ia mengerti, meski kau tak bisa mengerti.

Setiap baitnya adalah jejak perjalanan,
Setiap kata adalah kisah yang hidup,
Kadang menggores luka, kadang mengobati,
Namun selalu benar, tak pernah berpura-pura.

Puisi tak tahu cara untuk berbohong,
Ia hanya berbicara apa adanya,
Tanpa mengubah atau memalsukan cerita,
Karena ia tahu, kejujuran adalah keberanian.

Percayalah, puisi adalah sahabat setia,
Ia menemanimu saat dunia terasa sunyi,
Ia tidak akan meninggalkan, meski dunia bergetar,
Karena dalam puisi, kau selalu diterima.

Saat kalut datang menyesakkan dada,
Puisi adalah tempat berlindung yang damai,
Tidak ada kebohongan di dalamnya,
Hanya kebenaran yang meski pahit, tetap diterima.

Puisi tidak perlu alasan untuk ada,
Ia hanya perlu keberanian untuk berbicara,
Tidak peduli siapa yang mendengar,
Karena ia tahu, suara kebenaran akan menguat.

Di antara kata yang tersembunyi,
Ada harapan yang tak pernah hilang,
Puisi adalah pelipur lara yang tak terlihat,
Namun mampu menyembuhkan luka yang dalam.

Bahkan ketika dunia berubah wajah,
Puisi tetap berdiam di dalam relung hati,
Ia tak tergerus waktu, tak terkikis zaman,
Karena ia adalah suara dari masa lalu yang hidup.

Percayalah, puisi tak pernah menipu,
Ia mengungkapkan apa yang tak bisa dikatakan,
Menjadi jembatan antara jiwa-jiwa yang terasing,
Menjadi kata yang melepaskan beban tersembunyi.

Ketika semua yang lain mulai samar,
Puisi tetap hadir dengan jelas dan terang,
Sebagai pengingat bahwa kebenaran,
Adalah satu-satunya hal yang harus kita cari.

Puisi mengerti kegelisahan di hatimu,
Dan ia akan selalu menemukan jalan pulang,
Bersama kata-kata yang membebaskan,
Tanpa pernah menutupi apa pun dari dunia.

Percayalah, puisi tak pernah berbohong,
Ia hanya menyampaikan apa yang nyata,
Melalui ungkapan yang terjalin rapi,
Menyampaikan kejujuran dalam bentuk seni.

Di setiap barisnya, ada cerita yang tumbuh,
Cerita tentang harapan, mimpi, dan kehilangan,
Puisi tidak bisa menutup mata dari kenyataan,
Karena keindahannya terletak pada kebenaran.

Dan ketika kamu merasa sendiri,
Baca puisi, dengarkan apa yang ia katakan,
Karena meskipun kata-kata tak mampu memelukmu,
Kejujuran puisi akan menghangatkan hati yang beku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun