Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tersungkur di Kaki Langit

12 November 2024   17:07 Diperbarui: 12 November 2024   20:45 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tersungkur di Kaki Langit

Tersungkur di kaki langit nan jauh,
Di batas antara harap dan keluh,
Sang waktu memeluk sunyi
Menggulung kenangan, membekap mimpi.

Mentari tenggelam dalam luka,
Merah saga bercampur duka,
Dalam senja yang menyapu asa,
Terbenam rinduku yang tak terjaga.

Di ujung cakrawala tak terjaring,
Ku menatap gemintang yang kian kering,
Hanya sisa terang yang memudar,
Melantun kisah yang menggetar.

Angin membawa seribu cerita,
Kata-kata yang tak pernah terucap nyata,
Tersimpan di sudut hati yang rapuh,
Di persimpangan pilu yang lusuh.

Tersungkur aku di bumi fana,
Mengeja langit, mendamba surga,
Namun asa tertinggal di sudut kelam,
Terbenam dalam kepingan malam.

Luka lama mengintai di bayangan,
Mengukir jejak di setiap harapan,
Seribu langkah ku tempuh dalam hampa,
Berbisik dengan gulita yang hampa.

Di kaki langit, kupeluk duka,
Di balik senyap, tersimpan air mata,
Gemuruh hati tak lagi bernada,
Merindu kasih yang sirna entah kemana.

Langit pun menangis, menumpah air,
Membasuh jiwa yang terasa getir,
Setetes embun jatuh perlahan,
Menemani resah dalam perjalanan.

Bayang-bayang masa lalu memeluk erat,
Mengikat hati yang sudah tersesat,
Rindu tak lagi mengenal tepi,
Terbenam dalam harap yang tak terjawab lagi.

Apakah ku terbang ke angkasa luas,
Menjenguk senja yang kian pudar jelas,
Namun langkah tertahan di bumi yang beku,
Dingin menelusup, merayap di jiwaku.

Seperti debu yang tertiup badai,
Menghilang perlahan, meninggalkan bayang,
Menyatu dengan malam, sunyi tak bersuara,
Meniti mimpi yang sia-sia.

Kini ku pasrah pada sang takdir,
Melepas mimpi yang kian getir,
Mendengar alunan doa di antara bintang,
Mengharap terang dalam hati yang bimbang.

Tersungkur di kaki langit yang pudar,
Menatap sang fajar yang tak lagi menawar,
Namun dalam kegelapan ku temukan terang,
Sekecil lilin yang nyala tak kunjung hilang.

Ku bisikkan harap di sela angin,
Membawa resah pada awan yang dingin,
Biarlah ku terbang, meski tanpa sayap,
Meniti mimpi, meski tanpa peluk hangat.

Di kaki langit, ku temukan damai,
Tersungkur dalam sujud yang tak berkelai,
Meski hidup hanya bayang yang semu,
Ada harap, ada cinta yang menunggu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun