Tersungkur di kaki langit nan jauh,
Di batas antara harap dan keluh,
Sang waktu memeluk sunyi
Menggulung kenangan, membekap mimpi.
Mentari tenggelam dalam luka,
Merah saga bercampur duka,
Dalam senja yang menyapu asa,
Terbenam rinduku yang tak terjaga.
Di ujung cakrawala tak terjaring,
Ku menatap gemintang yang kian kering,
Hanya sisa terang yang memudar,
Melantun kisah yang menggetar.
Angin membawa seribu cerita,
Kata-kata yang tak pernah terucap nyata,
Tersimpan di sudut hati yang rapuh,
Di persimpangan pilu yang lusuh.
Tersungkur aku di bumi fana,
Mengeja langit, mendamba surga,
Namun asa tertinggal di sudut kelam,
Terbenam dalam kepingan malam.
Luka lama mengintai di bayangan,
Mengukir jejak di setiap harapan,
Seribu langkah ku tempuh dalam hampa,
Berbisik dengan gulita yang hampa.
Di kaki langit, kupeluk duka,
Di balik senyap, tersimpan air mata,
Gemuruh hati tak lagi bernada,
Merindu kasih yang sirna entah kemana.
Langit pun menangis, menumpah air,
Membasuh jiwa yang terasa getir,
Setetes embun jatuh perlahan,
Menemani resah dalam perjalanan.
Bayang-bayang masa lalu memeluk erat,
Mengikat hati yang sudah tersesat,
Rindu tak lagi mengenal tepi,
Terbenam dalam harap yang tak terjawab lagi.
Apakah ku terbang ke angkasa luas,
Menjenguk senja yang kian pudar jelas,
Namun langkah tertahan di bumi yang beku,
Dingin menelusup, merayap di jiwaku.