Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merana Tanpa Derita

9 November 2024   23:10 Diperbarui: 10 November 2024   05:05 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merana tanpa derita, sunyi yang meresap,     Di balik senyum yang tersembunyi, hati terkatup rapat. Tak ada air mata, tak ada luka yang menganga, Namun kesepian datang, merasuki jiwa yang tumpul.

Kehidupan berjalan seperti bayangan yang samar,
Tanpa tujuan, tanpa harapan yang jelas.
Hati yang kosong, dunia yang hampa,
Berkelana tanpa arah, tak pernah menemukan tempat pulang.

Senyum terukir di wajah, tapi tak terasa hangat,
Bagaikan musim yang tak pernah berubah.
Merana tanpa derita, entah mengapa,
Hidup ini terasa seperti malam yang panjang tanpa ujungnya.

Di antara keramaian, aku merasa sepi,
Sebab kebahagiaan tampak begitu jauh.
Tanpa perasaan, tanpa gairah yang membara,
Aku berjalan, tapi tidak maju, hanya berdiri di tempat.

Merana tanpa derita, aku bertanya pada diri,
Apakah ini yang disebut dengan kesendirian abadi?
Mencari sesuatu yang hilang, tanpa tahu apa,
Hanya ada hampa di ruang yang seharusnya penuh.

Rasa lelah datang tanpa perjuangan,
Luka tak nampak, namun terasa dalam.
Seperti musim gugur yang tak berujung,
Semua keindahan berubah menjadi debu, lalu hilang.

Terkadang aku bertanya, apakah ini harga untuk hidup?
Menanggung beban tanpa ada sebab yang jelas.
Merana tanpa derita, sebuah paradoks,
Di mana hidup terasa beku, namun tidak sakit.

Ada yang hilang di antara kesunyian,
Keinginan untuk merasa, untuk merasakan apa pun.
Namun, segala yang ada hanyalah angin yang berlalu,
Meninggalkan jejak yang tak mampu kupegang.

Sebuah kelapangan yang seakan mengikat,
Tak ada yang bisa menyentuh hatiku yang kaku.
Merana tanpa derita, tapi rasa ini dalam,
Sebagai perasaan yang tidak bisa dijelaskan, hanya ada.

Di sini, aku terjebak dalam lingkaran yang tak tampak,
Tidak ada luka, namun semua terasa hampa.
Sebuah perjalanan tanpa akhir, tanpa tujuan,
Merana tanpa derita, menjadi bagian dari kehidupan.

Aku ingin keluar, tapi tak tahu ke mana,
Karena setiap jalan tampak sama.
Merana tanpa derita, tak ada yang tahu,
Betapa dalamnya rasa yang tak pernah bisa pergi.

Namun, meskipun hampa dan sunyi ini terus mengisi,
Aku tahu, suatu saat akan ada cahaya yang bersinar.
Merana tanpa derita, adalah sebuah waktu,
Untuk menemukan kembali arti dari semua yang hilang.

Kini aku mengerti, meski terasa seperti kelam,
Ada makna dalam setiap langkah yang kuambil.
Merana tanpa derita, adalah ujian yang mematangkan,
Untuk suatu hari nanti, merasakan hidup dengan penuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun