Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Niccolo Machiavelli, Jengis Khan, dan Julius Caesar dalam Diskusi Imajiner tentang Kekuasaan

7 November 2024   15:47 Diperbarui: 7 November 2024   17:42 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Julius Caesar: (tersenyum kecil) Ah, Nik. Tapi kita tahu, kekuasaan itu tidak bisa dikendalikan sepenuhnya. Aku sudah mencobanya, dan pada akhirnya, ditusuk oleh mereka yang pernah kupikir adalah sekutu. Aku bahkan sampai menaruh kepercayaan pada Brutus.

Jengis Khan: (menggeleng) Itulah masalahmu, Caesar. Terlalu percaya pada orang lain. Aku percaya pada keluargaku, bahkan itu pun hati-hati. Pengkhianatan hampir mustahil jika kau hanya bergantung pada dirimu sendiri. Kau pikir aku bisa menaklukkan dunia dengan "sekutu"?

Machiavelli: (tertawa) Kalian berdua benar-benar contoh yang sempurna dari kekuasaan. Satu sisi percaya pada loyalitas, satu lagi percaya pada rasa takut. Sebenarnya, kalian berdua membuktikan intiku sendiri: kekuasaan itu cair, bergantung pada situasi, dan harus diraih dengan cara yang paling sesuai dengan kepribadian penguasanya.

Julius Caesar: Mungkin itu sebabnya namamu tetap hidup, Machiavelli. Kau adalah ahli teori, sementara kami adalah praktisi. Tapi satu hal yang pasti: baik kekuasaan berdasarkan cinta maupun ketakutan, keduanya membutuhkan pengorbanan besar.

Jengis Khan: (mengangkat cangkir kopi) Itu benar, Caesar. Aku tidak akan membantah soal pengorbanan. Banyak dari kami tidak akan pernah pulang. Tapi itu harga yang harus dibayar.

Machiavelli: (membalas anggukan) Dan begitulah, wahai pangeran-pangeran dunia, tidak ada kekuasaan tanpa pengorbanan. Entah dalam bentuk darah, kepercayaan, atau mungkin hanya dalam kebijakan yang tak kenal ampun. Mungkin itulah yang membuat kekuasaan begitu menggoda… dan pada akhirnya, sangat berbahaya.

Ketiganya mengangkat cangkir mereka, masing-masing terjebak dalam pikirannya sendiri, saling memahami bahwa kekuasaan itu mahal, penuh bahaya, dan... sulit untuk didefinisikan dengan kata-kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun