Tidak akan ada lagi ketukan palu yang disertai kelicikan, tidak ada lagi keputusan yang dibeli dengan senyum palsu dan perjanjian rahasia. Di mata robot, kita semua hanya angka dan data, tidak ada korupsi yang bisa membeli putusan.
Namun, di dunia manusia, keadilan sejati tidak sesederhana hitam dan putih. Keberanian untuk melawan korupsi bukanlah hal yang bisa ditiru oleh logika. Setiap peradilan adalah panggung, di mana kebenaran sejati sering terjebak dalam permainan bayangan. Hanya manusia yang bisa merasakan keraguan dan memilih untuk tetap teguh di jalan kebenaran.
Mungkin saat ini, kita belum siap untuk menggantungkan harapan pada mesin yang dingin. Tapi dalam mimpi-mimpi kita, robot yang tak tersentuh korupsi itu tetap berdiri, mengawasi dari kejauhan, seperti pengingat bahwa keadilan seharusnya tidak memiliki harga.Â
Hingga harapan pada manusia kembali menyala, mungkin kita hanya bisa memandang ke arah masa depan dengan harapan kosong, sambil berbisik, seandainya saja robot bisa menjadi hakim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H