Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perilaku Baik atau Jahat Bukan Takdir, tapi Pilihan Pribadi

4 November 2024   18:20 Diperbarui: 4 November 2024   20:14 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kita berbicara tentang karakter dan sikap seseorang, sering kali muncul pertanyaan mendasar: Apakah karakter itu diwariskan dari lahir, ataukah hasil dari lingkungan dan pembelajaran? Dalam diskusi ini, penting untuk menekankan bahwa karakter bukanlah sesuatu yang ditentukan oleh genetik, melainkan dapat dibentuk dan dikembangkan melalui usaha dan pendidikan.

Karakter Bukan Takdir

Pandangan bahwa karakter dan sikap seseorang ditentukan oleh genetik adalah pandangan yang berbahaya dan tidak adil. Menganggap bahwa seseorang terlahir dengan sifat-sifat tertentu, baik atau buruk, akan menciptakan stigma dan prasangka yang merugikan. Misalnya, jika seseorang percaya bahwa mereka terlahir dengan gen yang "buruk," mereka mungkin merasa apatis dan tidak berusaha untuk memperbaiki diri. Sebaliknya, jika seseorang merasa terlahir dengan gen yang "baik," mereka bisa jadi menjadi sombong dan mengabaikan pentingnya usaha untuk tetap berperilaku positif.

Ahli psikologi, Dr. Carol Dweck, dalam penelitiannya tentang pola pikir (mindset), menekankan bahwa keyakinan seseorang tentang kemampuan mereka untuk berkembang dapat mempengaruhi cara mereka berperilaku. Jika individu memiliki pola pikir tetap (fixed mindset) yang percaya bahwa karakter adalah sesuatu yang tetap dan tidak bisa berubah, mereka akan kurang termotivasi untuk belajar dan berkembang. Di sisi lain, pola pikir berkembang (growth mindset) mendorong individu untuk percaya bahwa mereka dapat belajar dan mengubah perilaku mereka melalui usaha. Misalnya, Thomas Edison, yang dikenal karena ketekunannya dalam menemukan bola lampu, adalah contoh klasik dari seseorang yang berpegang pada pola pikir berkembang, meskipun ia mengalami banyak kegagalan sebelum mencapai kesuksesan.

Penting untuk memahami bahwa tidak ada manusia yang terlahir sebagai penjahat. Teori kriminologi menunjukkan bahwa perilaku kriminal sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi, bukan oleh faktor genetik. Misalnya, Albert Bandura, dalam teorinya tentang pembelajaran sosial, mengungkapkan bahwa individu belajar perilaku melalui observasi dan peniruan. Jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang positif, mereka lebih cenderung mengembangkan karakter yang baik, sementara lingkungan yang negatif dapat mendorong perilaku yang merugikan.

Pendidikan dan Lingkungan yang Mendukung

Karakter dan sikap dibentuk oleh interaksi antara individu dengan lingkungan mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai positif sejak dini. Pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah-sekolah dapat membantu anak-anak memahami pentingnya sikap baik, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati. Melalui kegiatan kelompok dan diskusi, anak-anak dapat belajar bagaimana berinteraksi secara positif dengan teman-teman mereka.

Sebagai contoh, sekolah-sekolah yang menerapkan program pendidikan karakter, seperti yang dilakukan oleh Sekolah Dasar Global Sevilla di Indonesia, telah terbukti sukses dalam membentuk karakter siswa mereka. Program-program ini mengajarkan nilai-nilai seperti kerja sama, saling menghargai, dan kepedulian terhadap orang lain, sehingga membantu anak-anak mengembangkan sikap positif yang akan berdampak pada kehidupan mereka di masa depan.

Orang tua juga memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk karakter anak. Menjadi teladan dengan menunjukkan sikap positif dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan pengaruh besar bagi anak-anak. Misalnya, seorang ayah yang selalu membantu tetangga dan menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya akan memberikan pelajaran berharga bagi anak-anaknya tentang arti kebaikan dan tanggung jawab sosial. Figur seperti Nelson Mandela, yang dikenal karena perjuangannya melawan apartheid dan upayanya untuk membangun perdamaian, juga menunjukkan bagaimana sikap positif dan nilai-nilai yang kuat dapat ditanamkan dalam diri seseorang melalui pengalaman hidup yang sulit.

Perilaku Sebagai Pilihan

Sikap dan karakter adalah hasil dari pilihan yang dibuat oleh individu. Jika seseorang tidak mau belajar untuk bersikap baik, mereka membuka peluang bagi diri mereka untuk mengadopsi perilaku buruk. Ini menciptakan risiko bahwa mereka akan terjerumus dalam pola perilaku negatif, yang bisa berdampak buruk pada hubungan dan kehidupan mereka secara keseluruhan.

Contoh nyata adalah kasus remaja yang tidak diajarkan tentang pentingnya empati dan kerja sama. Mereka mungkin cenderung mengisolasi diri dari teman-teman mereka, yang pada gilirannya dapat menyebabkan masalah sosial dan emosional di kemudian hari. Ketidakmampuan untuk berinteraksi secara positif dapat menciptakan perasaan kesepian dan keterasingan, yang sering kali menjadi faktor pemicu perilaku negatif.

Pentingnya pilihan dalam perilaku ini juga bisa dilihat dalam perjalanan hidup tokoh-tokoh yang berhasil mengatasi masa lalu mereka. Misalnya, Oprah Winfrey, yang tumbuh dalam kondisi sulit dan mengalami berbagai tantangan, memilih untuk belajar dan berkembang, menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia. Keputusan dan pilihan yang diambilnya untuk belajar dan berbuat baik telah menginspirasi jutaan orang.

Dampak Jangka Panjang

Perilaku buruk yang tidak ditangani dapat berakumulasi, menciptakan dampak jangka panjang yang merugikan. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan karakter dan pembelajaran tentang sikap positif. Mengajarkan anak-anak untuk menjadi individu yang baik tidak hanya akan membantu mereka dalam pengembangan pribadi tetapi juga akan berkontribusi pada masyarakat yang lebih baik.

Seperti yang diungkapkan oleh seorang filsuf pendidikan, John Dewey, "Apa yang harus kita lakukan adalah mengubah lingkungan kita sehingga setiap individu dapat mengembangkan diri mereka sepenuhnya." Ini menunjukkan bahwa lingkungan yang mendukung sangat penting dalam proses pembentukan karakter. Misalnya, program-program rehabilitasi yang fokus pada pendidikan dan pembelajaran bagi narapidana menunjukkan bahwa banyak individu yang terlibat dalam kejahatan dapat bertransformasi jika diberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang.

Kesimpulan

Karakter dan sikap adalah hasil dari pembelajaran dan usaha, bukan produk dari genetik yang tak terhindarkan. Dengan menanamkan nilai-nilai positif sejak dini dan mendorong individu untuk belajar dan berkembang, kita dapat membangun masyarakat yang lebih baik. Kesadaran bahwa kita memiliki kekuatan untuk memilih sikap kita sendiri dapat memberikan motivasi untuk menjadi orang yang lebih baik dan berkontribusi secara positif terhadap dunia di sekitar kita.

Dengan menekankan pentingnya usaha dan pembelajaran dalam membentuk karakter, kita dapat membantu setiap individu menyadari potensi mereka untuk berbuat baik. Ini bukan hanya tugas individu, tetapi juga tanggung jawab kita semua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter yang positif, sehingga tidak ada lagi anggapan bahwa seseorang terlahir sebagai penjahat. Sebaliknya, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, tumbuh, dan membuat pilihan yang baik dalam hidup mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun