Palu Keadilan Dipatahkan          Sang Durjana
KetikaPalu keadilan yang dulu perkasa,
Kini teronggok, retak di tangan sang durjana.
Demi nafsu, demi harta, demi kuasa,
Digadaikan oleh jiwa yang tamak, rakus tak berbatas.
Rakyat tertunduk lesu, menghela napas panjang,
Harapan kian tipis, layu dalam bayang.
Si miskin meradang sakit, tercekik getir,
Jeritnya melayang, hilang di angin yang lirih mengalir.
Ibu pertiwi menangis, air matanya menjadi lautan,
Menggenangi ladang, merendam harapan.
Hati yang dulu keras bagai batu,
Kini layu, ditelan serakah sang Angkara murka.
Sang Surya enggan bersinar,
Mengintip di balik kabut kelabu nan tebal.
Rembulan pucat pasi,
Menyaksikan tirani mengunyah nurani.
Ah, keadilan yang dulu tegak berdiri,
Tumbang dalam pelukan janji yang nista.
Namun adakah harapan di balik gelap ini?
Atau hanya sisa-sisa yang terbenam dalam sunyi?
Mari bertanya pada hati kita,
Akankah palu itu kembali tegar, dalam suci dan jujur, di tangan sang mulia yang tulus,
Atau akan tinggal kenangan,
Dalam sejarah hitam yang hancur lebur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H