Dalam hal ini, masyarakat awal mungkin mencoba berbagai kombinasi untuk menemukan bahan-bahan yang memberikan sensasi atau efek tertentu. Setelah ditemukan bahwa mengunyah pinang dengan sirih dan kapur menghasilkan rasa segar serta efek stimulan, tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi.
Pinang sebagai Komoditas Penting di Papua
Selain menjadi bagian dari kebiasaan hidup dan tradisi sosial, pinang juga memainkan peran besar dalam ekonomi masyarakat Papua. Permintaan yang terus menerus membuat pinang menjadi komoditas berharga di pasar.Â
Bahkan, di beberapa daerah, terdapat pasar khusus yang menjual pinang, daun sirih, dan kapur, sebagai bentuk respon terhadap kebutuhan masyarakat yang begitu besar.Â
Pinang tidak hanya menjadi sumber penghasilan bagi pedagang kecil, tetapi juga menjadi komoditas penting bagi petani lokal yang menggantungkan hidup dari hasil penjualan buah ini.
Pasar pinang di Papua menggambarkan betapa besar dampak ekonomi yang dihasilkan oleh tradisi ini. Perputaran uang yang terjadi dari penjualan pinang cukup signifikan, dan banyak pedagang serta petani yang terlibat dalam rantai pasok komoditas ini.
 Di sini, terlihat bahwa pinang bukan hanya sekadar gaya hidup atau kebiasaan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam ekosistem ekonomi lokal.
Untuk mendapatkan satu paket pinang, yang terdiri dari satu buah pinang-sedikit kapur-sepotong sirih, anda bisa saja membayar sampai Rp.10.000. Harga buah pinang juga berfluktuatif seiring musim dan cuaca, walaupun demikian pinang tetaplah laku.Â
Mungkin anda bisa mendapat pinang dengan harga sedikit murah,tapi jangan senang dulu, karena mungkin anda harus membayar lebih untuk buah sirih, dan tanpa buah sirih pinang tidak ada artinya.Â
Pinang Sebagai Bagian dari Acara Adat
Di Papua buah pinang, sirih, dan kapur memiliki makna yang sangat penting dalam berbagai upacara adat, termasuk acara lamaran. Dalam tradisi melamar, ketiga bahan ini bukan hanya simbol kebiasaan mengunyah bersama, tetapi juga memiliki nilai simbolis yang mendalam.