Keinginan yang tidak alamiah dan tidak perlu, menurut Epicurus, mencakup hasrat yang berasal dari pengaruh luar, seperti keinginan untuk meraih kekuasaan, ketenaran, dan kekayaan besar. Hasrat ini, bagi Epicurus, adalah perangkap yang hanya menimbulkan ketidakpuasan dan kecemasan terus-menerus. Alasannya adalah karena jenis keinginan ini biasanya bersifat tak terbatas: semakin banyak yang diperoleh, semakin besar pula keinginan untuk memiliki lebih banyak lagi.
Epicurus menyadari bahwa ambisi semacam ini dapat membuat seseorang terjebak dalam siklus yang tak berujung, di mana ia selalu merasa kurang, bahkan setelah mencapai pencapaian tertentu. Inilah mengapa Epicurus menyarankan untuk menghindari jenis keinginan ini sepenuhnya. Ia berpendapat bahwa hanya dengan membebaskan diri dari ambisi berlebihan, kita dapat meraih ketenangan batin yang stabil.
Sebagai contoh, seseorang yang terus-menerus mengejar kekayaan mungkin merasa tidak pernah cukup kaya dan akhirnya akan menjalani hidup yang dipenuhi kegelisahan. Atau seseorang yang mendambakan ketenaran akan terus-menerus merasa cemas terhadap opini orang lain dan takut kehilangan posisinya. Bagi Epicurus, hidup yang berharga adalah hidup yang tidak dikendalikan oleh keinginan-keinginan semacam ini, tetapi yang berfokus pada hal-hal sederhana dan penting bagi kesejahteraan batin.
Menurut Epicurus, mengabaikan jenis keinginan ini adalah langkah besar menuju kebahagiaan. Dengan menerima bahwa hal-hal seperti kekuasaan, ketenaran, dan harta yang berlebihan bukanlah syarat kebahagiaan, seseorang dapat hidup lebih bebas dan merasa cukup. Pada akhirnya, kebahagiaan versi Epicurus adalah hidup yang cukup, bebas dari beban ambisi yang sia-sia, dan dipenuhi dengan keinginan yang terkendali serta selaras dengan kebutuhan sejati manusia.
Mengapa Pendekatan Epicurus Relevan di Masa Kini?
Di era modern yang penuh tuntutan dan godaan, ajaran Epicurus memberikan perspektif penting tentang kebahagiaan yang sederhana. Dalam budaya yang cenderung memuja konsumerisme dan gaya hidup yang penuh gemerlap, Epicurus mengajarkan bahwa kebahagiaan yang sejati bisa ditemukan dalam kesederhanaan dan kecukupan. Dengan hanya memenuhi kebutuhan dasar dan menghindari hasrat yang tidak perlu, seseorang dapat mengurangi kecemasan dan merasa lebih puas dengan hidup.
Epicurus juga mengingatkan bahwa kebahagiaan bukan soal berapa banyak yang dimiliki, tetapi sejauh mana seseorang mampu hidup selaras dengan kebutuhan sejati. Dengan pemahaman yang mendalam tentang keinginan kita, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih damai, penuh makna, dan bebas dari ketakutan serta kegelisahan.
Penutup
Hedonisme ala Epicurus mengajarkan seni menikmati kehidupan secara bijaksana dengan memilih kenikmatan yang tidak membawa kesulitan di masa depan. Epicurus memberikan panduan tentang bagaimana memahami kebutuhan dasar, menikmati kesenangan sederhana, dan menolak keinginan yang sia-sia. Dengan cara ini, kita bisa mencapai kebahagiaan yang mendalam tanpa tergoda oleh hasrat yang menggebu-gebu. Jadi, jika ingin menjalani hidup yang tenang, seimbang, dan bahagia, Epicurus mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati sering kali hadir dalam kesederhanaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H