Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengapa Einstein Mengatakan "Tuhan Tidak Bermain Dadu"

27 Oktober 2024   19:47 Diperbarui: 27 Oktober 2024   19:47 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Albert Einstein adalah salah satu ilmuwan paling terkenal dan berpengaruh dalam sejarah, tetapi pemikirannya tidak hanya terbatas pada fisika. Ia juga memiliki pandangan yang mendalam tentang teologi dan hubungan antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas. 

Biografi Singkat Albert Einstein

Albert Einstein lahir pada 14 Maret 1879, di Ulm, Kerajaan Wrttemberg, Jerman. Ia merupakan anak sulung dari Hermann dan Pauline Einstein. Keluarga Einstein pindah ke Munich, di mana Einstein mulai menunjukkan minat yang kuat dalam sains dan matematika sejak usia muda. Meskipun mengalami beberapa kesulitan di sekolah, ia berhasil menyelesaikan pendidikan di Swiss dan lulus dari ETH Zurich pada tahun 1900.

Setelah lulus, Einstein bekerja di kantor paten Swiss, di mana ia memiliki waktu untuk mengembangkan teorinya. Pada tahun 1905, yang dikenal sebagai tahun ajaibnya, Einstein menerbitkan beberapa makalah yang revolusioner yang mengubah pemahaman kita tentang fisika. Dia menikah dengan Mileva Mari pada tahun 1903, dan pasangan ini memiliki dua anak, Hans Albert dan Eduard. Namun, pernikahan mereka berakhir dengan perceraian pada tahun 1919, setelah Einstein menikahi sepupu keduanya, Elsa Lwenthal.

Einstein mendapatkan gelar profesor di Universitas Berlin pada tahun 1914 dan menjadi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Prusia. Selama kariernya, ia terlibat dalam berbagai penelitian dan inovasi dalam fisika teoretis, dan ia menjadi terkenal di seluruh dunia. Dia menerima Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penemuan efek fotolistrik, yang merupakan kontribusi penting untuk pengembangan teori kuantum.

Einstein dikenal tidak hanya sebagai ilmuwan, tetapi juga sebagai sosok yang peduli terhadap isu sosial, politik, dan kemanusiaan. Dia meninggalkan Jerman pada tahun 1933 karena kebangkitan Nazisme dan menetap di Amerika Serikat, di mana ia mengajar di Institut Studi Tinggi di Princeton, New Jersey, hingga akhir hidupnya.

Albert Einstein meninggal pada 18 April 1955, di Princeton, New Jersey, meninggalkan warisan yang mendalam dalam dunia sains dan pemikiran.

Teori-teori Terkenal Einstein

1. Teori Relativitas Khusus (1905): Teori ini mengubah cara kita memahami ruang dan waktu. Einstein mengusulkan bahwa hukum fisika sama untuk semua pengamat yang bergerak dengan kecepatan konstan, dan bahwa kecepatan cahaya adalah konstan, terlepas dari gerakan sumber cahaya. Salah satu hasil terkenal dari teori ini adalah persamaan E=mc, yang menyatakan bahwa energi (E) sama dengan massa (m) dikalikan dengan kuadrat kecepatan cahaya (c).

2. Teori Relativitas Umum (1915): Teori ini memperluas konsep relativitas untuk mencakup gravitasi. Einstein menjelaskan gravitasi bukan sebagai gaya yang bekerja dari jarak jauh, tetapi sebagai kelengkungan ruang-waktu yang disebabkan oleh massa. Teori ini memberikan pemahaman baru tentang bagaimana planet dan benda-benda lain bergerak di alam semesta.

3. Efek Fotolistrik (1905): Dalam salah satu makalah tahun 1905, Einstein menjelaskan fenomena fotolistrik, di mana cahaya yang jatuh pada permukaan logam dapat memancarkan elektron. Penjelasan ini memberikan dukungan awal untuk teori kuantum, yang menunjukkan bahwa cahaya dapat berperilaku seperti partikel (kuanta).

4. Keterikatan Kuantum (EPR Paradox, 1935): Bersama dengan rekan-rekannya, Einstein mengusulkan argumen yang dikenal sebagai paradoks EPR, yang menunjukkan bahwa mekanika kuantum tidak dapat dianggap sebagai teori yang lengkap. Mereka mengusulkan bahwa ada variabel tersembunyi yang dapat menjelaskan fenomena yang tampaknya acak dalam mekanika kuantum.

Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana pandangan Einstein tentang keteraturan alam mencerminkan keyakinan spiritual dan pertanyaan tentang keberadaan Tuhan.

Keteraturan Alam sebagai Manifestasi Ilahi

Einstein sangat terpesona oleh keteraturan dan keindahan hukum-hukum fisika. Baginya, dunia fisik beroperasi dengan cara yang teratur dan dapat dipahami, sejalan dengan prinsip-prinsip matematika yang mendasarinya. Ia sering menggunakan istilah "Tuhan" untuk merujuk pada keteraturan ini, seperti ketika ia mengemukakan pendapatnya bahwa "Tuhan tidak sedang bermain dadu." Pernyataan ini mencerminkan keyakinannya bahwa alam semesta tidak bersifat acak, tetapi diatur oleh hukum yang jelas dan logis.

Pernyataan "Tuhan Tidak Bermain Dadu"

Salah satu ungkapan paling terkenal dari Einstein adalah "Tuhan tidak bermain dadu," yang diucapkannya dalam konteks debat mengenai mekanika kuantum, terutama mengenai interpretasi probabilistik yang diusulkan oleh Niels Bohr. Di balik pernyataan ini, terdapat beberapa gagasan kunci yang mencerminkan pandangan Einstein tentang realitas dan hukum alam:

1. Penolakan terhadap Ketidakpastian: 

Einstein menolak gagasan bahwa hasil pengukuran dalam fisika kuantum sepenuhnya acak. Ia berpendapat bahwa ada faktor-faktor yang belum kita ketahui yang memengaruhi hasil tersebut. Dalam pandangan Einstein, ketidakpastian yang muncul bukanlah sifat fundamental dari alam, tetapi hasil dari kurangnya pemahaman kita. Ia percaya bahwa jika kita mengetahui semua variabel yang terlibat, kita seharusnya dapat memprediksi hasilnya dengan kepastian.

2. Determinisme:

 Einstein menganut pandangan deterministik, mirip dengan prinsip-prinsip dalam fisika klasik. Dalam fisika klasik, jika semua kondisi awal diketahui, maka perilaku sistem dapat diprediksi dengan akurat. Ia merasa bahwa realitas fisik harus memiliki struktur yang teratur dan dapat dipahami, bukan bersifat acak atau probabilistik.

3. Variabel Tersembunyi: 

Dalam pandangannya, ada kemungkinan bahwa variabel tersembunyi, parameter yang tidak terukur dalam mekanika kuantum, ada dan dapat menjelaskan keterkaitan antara partikel-partikel yang tampak acak. Hal ini diungkapkan dalam argumen EPR (Einstein-Podolsky-Rosen), di mana Einstein dan rekan-rekannya berargumen bahwa jika dua partikel terikat menunjukkan korelasi dalam hasil pengukuran meskipun terpisah jauh, maka ada variabel yang tidak terukur yang menjelaskan hubungan tersebut.

4. Keindahan dan Keteraturan Alam: 

Einstein percaya bahwa alam semesta beroperasi dengan keindahan dan keteraturan, yang mencerminkan hukum-hukum matematis yang mendasarinya. Ia sering berbicara tentang "pikiran Tuhan" sebagai cara untuk menggambarkan keteraturan dan keindahan dalam fisika. Dengan menolak pandangan probabilistik, Einstein mengajak kita untuk melihat bahwa di balik fenomena yang tampak acak, terdapat keteraturan yang lebih dalam.

Pandangan tentang Tuhan

Meskipun Einstein dikenal sebagai seorang agnostik, ia memiliki pandangan yang kompleks tentang Tuhan. Ia tidak mempercayai Tuhan dalam konteks religius tradisional, tetapi ia menghargai ide tentang kekuatan atau prinsip yang lebih tinggi yang mengatur alam semesta. Einstein percaya bahwa di balik fenomena yang tampak acak dan kompleks, ada keteraturan yang lebih dalam. Dengan demikian, ia melihat hukum fisika sebagai manifestasi dari suatu kekuatan yang lebih besar, yang bisa dianggap sebagai prinsip ilahi.

Implikasi Filosofis

Pandangan Einstein tentang keteraturan alam dan Tuhan membawa implikasi filosofis yang signifikan. Ia berpendapat bahwa pengetahuan ilmiah seharusnya bersifat objektif dan universal, serta bahwa kebenaran tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan hasil eksperimen kuantum yang probabilistik. Keyakinannya akan keteraturan dan keindahan dalam hukum fisika mencerminkan pencarian makna yang lebih dalam dalam kehidupan dan alam semesta.

Kesimpulan

Albert Einstein tidak hanya seorang ilmuwan yang menjelajahi hukum-hukum fisika, tetapi juga seorang pemikir yang merenungkan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan teologis. Pandangannya tentang keteraturan alam sebagai manifestasi dari suatu prinsip ilahi menunjukkan bahwa ia melihat hubungan antara sains dan spiritualitas. Dengan menolak sifat acak dari realitas, Einstein mengajak kita untuk mempertimbangkan adanya keteraturan yang lebih dalam dan kekuatan yang mengatur alam semesta. Dalam pencarian kita untuk memahami dunia ini, pemikiran Einstein menawarkan perspektif yang menarik dan mendalam tentang keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan iman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun