4. Keterikatan Kuantum (EPR Paradox, 1935): Bersama dengan rekan-rekannya, Einstein mengusulkan argumen yang dikenal sebagai paradoks EPR, yang menunjukkan bahwa mekanika kuantum tidak dapat dianggap sebagai teori yang lengkap. Mereka mengusulkan bahwa ada variabel tersembunyi yang dapat menjelaskan fenomena yang tampaknya acak dalam mekanika kuantum.
Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana pandangan Einstein tentang keteraturan alam mencerminkan keyakinan spiritual dan pertanyaan tentang keberadaan Tuhan.
Keteraturan Alam sebagai Manifestasi Ilahi
Einstein sangat terpesona oleh keteraturan dan keindahan hukum-hukum fisika. Baginya, dunia fisik beroperasi dengan cara yang teratur dan dapat dipahami, sejalan dengan prinsip-prinsip matematika yang mendasarinya. Ia sering menggunakan istilah "Tuhan" untuk merujuk pada keteraturan ini, seperti ketika ia mengemukakan pendapatnya bahwa "Tuhan tidak sedang bermain dadu." Pernyataan ini mencerminkan keyakinannya bahwa alam semesta tidak bersifat acak, tetapi diatur oleh hukum yang jelas dan logis.
Pernyataan "Tuhan Tidak Bermain Dadu"
Salah satu ungkapan paling terkenal dari Einstein adalah "Tuhan tidak bermain dadu," yang diucapkannya dalam konteks debat mengenai mekanika kuantum, terutama mengenai interpretasi probabilistik yang diusulkan oleh Niels Bohr. Di balik pernyataan ini, terdapat beberapa gagasan kunci yang mencerminkan pandangan Einstein tentang realitas dan hukum alam:
1. Penolakan terhadap Ketidakpastian:Â
Einstein menolak gagasan bahwa hasil pengukuran dalam fisika kuantum sepenuhnya acak. Ia berpendapat bahwa ada faktor-faktor yang belum kita ketahui yang memengaruhi hasil tersebut. Dalam pandangan Einstein, ketidakpastian yang muncul bukanlah sifat fundamental dari alam, tetapi hasil dari kurangnya pemahaman kita. Ia percaya bahwa jika kita mengetahui semua variabel yang terlibat, kita seharusnya dapat memprediksi hasilnya dengan kepastian.
2. Determinisme:
 Einstein menganut pandangan deterministik, mirip dengan prinsip-prinsip dalam fisika klasik. Dalam fisika klasik, jika semua kondisi awal diketahui, maka perilaku sistem dapat diprediksi dengan akurat. Ia merasa bahwa realitas fisik harus memiliki struktur yang teratur dan dapat dipahami, bukan bersifat acak atau probabilistik.
3. Variabel Tersembunyi:Â