"Jika kepercayaan itu hanyalah psikologis, Tuan Jung, mengapa akal manusia terus berusaha mencarinya? Mengapa segala sistem kepercayaan dan ilmu pengetahuan terus menuju satu tujuan—pencarian kebenaran yang mutlak? Kebenaran, Tuan Freud, tak bisa dicapai dengan sekadar analisis klinis, tapi dengan pencerahan."
(Freud hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum kecut)
Jung Menyimpulkan dengan Humor
"Sepertinya kita tak akan selesai malam ini, atau bahkan abad ini. Saya pribadi merasa bahwa Tuhan ada dalam bayangan dan terang, dalam ketidakpastian dan keyakinan, dalam akal dan dalam jiwa. Tapi, mungkin itu hanya pendapat eksentrik saya. Kita punya dua pandangan besar di sini: Tuhan sebagai realitas mutlak menurut Tuan Al-Farabi, dan Tuhan sebagai proyeksi ketakutan menurut Tuan Freud."
(Jung melirik penonton yang tampak terbagi antara dua kubu)
Carl Jung:
"Dan dengan itu, saya mengakhiri diskusi ini dengan harapan kita semua akan terus mencari kebenaran kita masing-masing—entah itu Tuhan yang sejati, ilusi, atau mungkin… sebuah arketipe? Hingga jumpa lagi dalam diskusi tanpa akhir ini, hadirin!"
Kesimpulan
Akhirnya, penonton meninggalkan ruangan dengan perasaan campur aduk, beberapa terinspirasi oleh keyakinan Al-Farabi, yang lain tersenyum masam mendengar pendapat Freud, dan beberapa hanya teringat pada kalimat Jung yang penuh teka-teki. Perdebatan mungkin belum berakhir, tapi benih pertanyaan telah tumbuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H