Saya yakin, tanpa hilirisasi kita akan lebih banyak kehilangan potensi. Bayangkan, jika kita hanya menjual nikel mentah, kita akan bergantung pada harga pasar dunia yang fluktuatif. Kita harus berani melihat ke depan, dan bukan berhenti karena masalah-masalah yang pasti ada di setiap kebijakan besar."
Pidato Penutup Faisal Basri
"Pak Luhut, saya menghargai komitmen Anda untuk memperbaiki situasi. Namun, kita juga harus realistis. Setiap kebijakan memang membutuhkan waktu untuk melihat hasilnya, tapi data menunjukkan bahwa dampak negatifnya sudah terlalu besar. Defisit APBN kita terus melebar, daya beli masyarakat merosot, dan lingkungan kita makin rusak. Seperti saya katakan, hilirisasi tambang yang tidak disertai komitmen pada kesejahteraan rakyat hanya akan menambah beban negara.
Di sini, kita tidak bisa terus menggunakan strategi 'perbaikan bertahap' ketika banyak dampak buruk yang muncul. Apakah kita tidak punya cara lain? Hilirisasi yang lebih hati-hati dengan aturan tegas untuk asing mungkin bisa menjadi solusi, ketimbang terus membuka pintu lebar-lebar untuk investasi yang tidak terkontrol."
Pidato Penutup Luhut Binsar Pandjaitan
"Mas Faisal, kritik Anda ini adalah suara yang perlu didengar. Tapi saya juga ingin agar kita lebih optimis. Hilirisasi adalah jalan untuk Indonesia menjadi pemain utama di pasar global. Tentu saja ada tantangan dan dampak yang tidak diinginkan, tapi kita punya komitmen untuk terus memperbaiki regulasi dan pengawasan agar hilirisasi berjalan beriringan dengan keberlanjutan lingkungan.
Pada akhirnya, ini bukan sekadar tentang hari ini, tetapi untuk masa depan Indonesia yang mandiri, yang tidak lagi menjadi pemasok bahan mentah, tetapi produsen produk jadi yang bernilai tinggi. Terima kasih."
(Moderator Menutup)
Joseph Stiglitz:Â
"Debat yang luar biasa! Faisal memberikan pandangan kritis dengan fakta nyata di lapangan, sementara Pak Luhut tetap optimis pada perubahan jangka panjang. Diskusi ini menunjukkan bahwa hilirisasi adalah isu kompleks dengan banyak dampak bagi ekonomi dan lingkungan. Mungkin solusi terbaik adalah titik tengah, di mana Indonesia dapat mengendalikan dampak buruk sembari mengejar pertumbuhan ekonomi. Terima kasih kepada para panelis!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H