singkong dan ikan asin tersaji. Di sudut rumah yang sepi,Dinding kayu berkarat, remang-remang,Ibu berdiri, memandang penuh kasih,Di atas meja, hanya sepotong
Langit mendung, awan gelap berkelana,
Satu suapan harapan, penuh rasa,
“Bukan banyak, sayang, tapi ini milik kita,
Makanlah, nak, agar tubuhmu tak lesu, tak hampa.”
Singkong yang layu, menunggu senyummu,
Ikan asin pahit, itulah sahabat kita,
Ibu tersenyum, walau air mata mengalir,
“Ini semua demi kau, jangan pernah kau ragu.”
Di luar, suara riuh, dunia berputar,
Tetapi di sini, hanya mereka berdua,
Bersama ketidakpastian, bertahan dalam gelap,
Makanlah, nak, walau tak cukup untuk kenyang.
Ibu tak berdaya, tapi cinta tak terhenti,
Menyusun harapan dari secuil nasi,
Mungkin esok, rezeki akan datang,
Tapi hari ini, hanya ada singkong dan ikan asin,
Makanlah, nak, peluk erat harapan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H