Korteks prefrontal, yang terkait dengan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, juga aktif saat novelis memikirkan bagaimana karakter mereka harus bertindak atau bagaimana alur cerita harus berkembang. Dalam konteks ini, novelis menggunakan kreativitas yang melibatkan interaksi antara berbagai bagian otak untuk menciptakan narasi yang orisinal dan kompleks.
7. Membangun Narasi: Teori Pembelajaran Bayes
Dari sudut pandang pembelajaran kognitif, novelis juga menggunakan prinsip-prinsip teori pembelajaran Bayes, di mana mereka menggabungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada untuk membangun cerita yang berkembang secara logis. Proses ini mirip dengan cara kita membuat keputusan atau hipotesis tentang dunia.
 Seorang novelis akan merancang skenario, menguji hipotesisnya di dalam dunia fiksi, lalu memodifikasi narasi sesuai dengan perkembangan cerita. Hal ini memungkinkan mereka untuk menciptakan alur yang kaya dan dinamis, di mana setiap elemen cerita berkembang secara organik.
Kajian Praktis
Untuk pemahaman praktis tentang bagaimana ilmu kognitif melihat imajinasi seorang novelis, berikut disajikan 2 novel yang telah dikenal luas di tanah air :
1. Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer)
Kajian kognitif pada Bumi Manusia menyoroti bagaimana Pramoedya menggunakan memori kolektif dan sejarah sebagai sumber imajinasinya. Novel ini menggambarkan perjuangan identitas di masa kolonial Hindia Belanda, dan di sini, imajinasi Pramoedya berakar pada pengalaman nyata dari sejarah penjajahan dan ketidakadilan.
 Menurut kajian kognitif, Pramoedya mengandalkan simulasi mental untuk menciptakan karakter seperti Minke, yang berjuang antara pengaruh pendidikan Belanda dan semangat nasionalisme pribumi.
Dengan menggunakan memori episodik yang melibatkan ingatan tentang peristiwa nyata dari kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kolonial Pramoedya menyusun narasi yang berakar kuat pada sejarah, tetapi diwarnai oleh imajinasinya untuk menggambarkan interaksi antar budaya yang kompleks dan konflik identitas.
 Proses kognitif ini memungkinkan Pramoedya menyajikan realitas yang terasa sangat hidup, di mana pembaca bisa terhubung secara emosional dan intelektual dengan perjuangan karakter-karakternya.