3. Penggambaran Emosi dan Kondisi Manusia: Simulasi Mental
Salah satu kelebihan novelis adalah kemampuan mereka untuk menggambarkan emosi dan kondisi manusia dengan begitu mendalam. Ini berkaitan dengan teori simulasi mental dalam ilmu kognisi, yang menjelaskan bahwa saat kita membayangkan sesuatu, otak melakukan simulasi internal terhadap situasi di dunia nyata. Novelis, dalam proses menulis, menggunakan simulasi mental untuk menghidupkan karakter mereka.Â
Mereka mensimulasikan bagaimana karakter akan bertindak, merasakan, atau bereaksi dalam berbagai situasi. Proses ini memungkinkan novelis untuk menggambarkan perasaan dan pengalaman manusia secara mendetail, sehingga pembaca dapat merasakan keterikatan emosional yang kuat dengan karakter dalam cerita.
4. Kemampuan Memahami Karakter Lain: Empati dan Kognisi Sosial
Imajinasi seorang novelis sering kali melibatkan kemampuan empati yang mendalam, di mana mereka dapat "merasakan" apa yang dialami oleh karakter-karakter mereka. Ilmu kognisi sosial menunjukkan bahwa novelis menggunakan empati untuk menempatkan diri dalam posisi karakter fiksi, memungkinkan mereka untuk menciptakan perasaan dan interaksi yang autentik.Â
Kognisi sosial ini penting dalam membangun karakter yang meyakinkan dan hubungan yang realistis di antara mereka. Dalam banyak kasus, novelis tampaknya memiliki kapasitas empatik yang lebih tinggi, yang membantu mereka memahami berbagai perspektif dan keadaan emosional, lalu menuangkannya ke dalam cerita.
5. Melampaui Batasan Waktu dan Realitas: Konstruktivisme
Ilmu kognisi juga melihat imajinasi novelis sebagai sebuah proses konstruktivis, di mana mereka membangun dunia dan kisah berdasarkan pengalaman dan pengamatan mereka. Novelis menggunakan pengalaman hidup dan interaksi dengan dunia nyata untuk menciptakan sesuatu yang baru.
 Mereka merekonstruksi elemen-elemen dunia nyata menjadi latar dan narasi yang sepenuhnya baru. Pendekatan ini memungkinkan novelis untuk tidak hanya merefleksikan realitas tetapi juga untuk melampaui batasan-batasan waktu dan tempat, menciptakan cerita yang beresonansi di luar konteks saat ini.
6. Otak yang Berkreasi: Neurokognisi dan Kreativitas
Kreativitas seorang novelis juga dapat dipahami dari perspektif neurokognisi. Studi menggunakan pemindaian otak menunjukkan bahwa default mode network (DMN), bagian dari otak yang aktif saat seseorang berimajinasi atau merenung, memainkan peran penting dalam penciptaan cerita.