Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengaruh Persepsi Terhadap Proses Berpikir (Kognisi)

21 Oktober 2024   12:19 Diperbarui: 21 Oktober 2024   15:04 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah penelitian oleh Loftus & Palmer (1974) menunjukkan bagaimana persepsi dapat dipengaruhi oleh bahasa dan interpretasi. Dalam studi ini, peserta yang ditanyai tentang kecelakaan mobil akan memberikan estimasi kecepatan yang berbeda berdasarkan penggunaan kata-kata yang berbeda, seperti "benturan" (hit) atau "tabrakan" (smashed). Ini menunjukkan bahwa persepsi kita tentang realitas sangat tergantung pada bagaimana informasi disampaikan dan diinterpretasikan.

Persepsi dan Pengambilan Keputusan

Persepsi sangat memengaruhi cara manusia membuat keputusan. Seorang peneliti psikologi terkenal, Daniel Kahneman, melalui karyanya yang memenangkan Hadiah Nobel, mengembangkan konsep heuristik dalam pengambilan keputusan. Heuristik adalah jalan pintas mental yang seringkali didasarkan pada persepsi dan pengalaman sebelumnya, namun bisa menyebabkan bias sistematis. Kahneman dan Tversky (1974) menemukan bahwa persepsi risiko seseorang dapat dipengaruhi oleh cara informasi disajikan dalam istilah probabilitas atau istilah absolut. Orang cenderung lebih menghindari risiko ketika pilihan yang disajikan berbicara tentang kemungkinan kerugian daripada keuntungan, meskipun secara matematis kedua situasi setara.P

Penelitian lain oleh Stanovich & West (2000) menunjukkan bahwa persepsi kognitif seseorang tentang kemampuannya sendiri dapat mengarah pada bias overconfidence, yaitu kecenderungan untuk melebih-lebihkan kemampuan atau keakuratan prediksi. Ini mempengaruhi pengambilan keputusan dalam berbagai bidang, seperti investasi keuangan, di mana orang lebih mungkin membuat keputusan berisiko ketika mereka terlalu yakin dengan persepsi mereka tentang pasar.

Stereotip dan Prasangka dalam Persepsi Sosial

Persepsi juga memainkan peran kunci dalam interaksi sosial, terutama dalam pembentukan stereotip dan prasangka. Psikolog Gordon Allport dalam bukunya The Nature of Prejudice (1954) menjelaskan bahwa persepsi terhadap kelompok sosial tertentu bisa terdistorsi oleh stereotip. Stereotip adalah generalisasi yang berlebihan dan tidak akurat yang dibuat berdasarkan persepsi individu atau kelompok tertentu, seringkali dipengaruhi oleh media, budaya, dan pengalaman pribadi.

Persepsi sosial yang menimbulkan bias bisa dilihat dalam penelitian oleh Correll et al. (2002), yang menunjukkan bahwa orang lebih mungkin untuk menilai seseorang yang berkulit hitam membawa senjata, meskipun sebenarnya individu tersebut tidak bersenjata. Persepsi tentang ancaman ini, yang dipengaruhi oleh stereotip rasial, menunjukkan bagaimana persepsi yang salah dapat berdampak pada perilaku nyata, termasuk keputusan untuk bertindak berdasarkan ketakutan atau bias.

Persepsi dan Respons Emosional

Persepsi seseorang terhadap suatu situasi tidak hanya memengaruhi bagaimana mereka bertindak, tetapi juga bagaimana mereka merasa. Seorang psikolog bernama Albert Ellis mengembangkan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) yang berfokus pada gagasan bahwa persepsi irasional tentang suatu peristiwa, bukan peristiwa itu sendiri, yang menyebabkan reaksi emosional yang negatif. Misalnya, persepsi seseorang terhadap kritik bisa dilihat sebagai konstruktif atau merusak, tergantung pada pandangan awal mereka. Jika seseorang merasa bahwa kritik adalah serangan pribadi, mereka cenderung bereaksi dengan defensif atau marah, sementara seseorang yang melihatnya sebagai umpan balik yang bermanfaat mungkin merespons dengan rasa syukur atau keterbukaan.

Persepsi Diri dan Kinerja

Persepsi tentang diri sendiri juga memiliki dampak yang besar pada kinerja individu. Penelitian oleh Bandura (1997) tentang konsep self-efficacy menunjukkan bahwa persepsi seseorang tentang kemampuannya untuk berhasil dalam suatu tugas akan mempengaruhi upaya dan ketekunan mereka. Orang yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung lebih tahan terhadap tantangan dan lebih mungkin berhasil dalam tugas-tugas sulit dibandingkan mereka yang memiliki persepsi diri rendah, meskipun keterampilan mereka sebanding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun